Suara.com - Perayaan terpilihnya seorang presiden ternyata juga bisa berlebihan, bahkan membawa ekses buruk yang pada akhirnya harus menerima konsekuensi hukum. Kali ini tak tanggung-tanggung, sejumlah lelaki harus dipenjara seumur hidup karena menyerang perempuan dan melakukan pelecehan seksual saat merayakan terpilihnya presiden.
Untungnya ini bukan kasus di Indonesia, melainkan di Mesir, tepatnya terkait dengan momen terpilihnya Presiden Abdel Fattah al-Sisi pada Juni lalu. Vonis penjara seumur hidup itu sendiri dijatuhkan oleh sebuah pengadilan di Mesir hari ini, Rabu (16/7/2014), terhadap lima orang laki-laki.
Putusan pengadilan ini bisa jadi sedikit mengurangi kekecewaan dan keraguan banyak orang terhadap pemerintah Mesir terkait penanganan masalah kekerasan dan pelecehan seksual. Selain kelima lelaki, dua orang terdakwa lagi divonis masing-masing 40 tahun dan 20 tahun penjara, dengan dakwaan mencakup percobaan perkosaan, percobaan pembunuhan, serta penyiksaan.
Sementara itu, dalam kasus berbeda, tiga lelaki juga divonis penjara seumur hidup atas dakwaan menyerang seorang perempuan saat mengikuti peringatan revolusi 2011 yang menjatuhkan Hosni Mubarak. Menariknya, salah satu dari ketiga lelaki ini juga turut divonis bui seumur hidup dalam kasus yang berkaitan dengan perayaan terpilihnya al-Sisi.
Begitu menjabat beberapa waktu lalu, Sisi sendiri langsung memerintahkan Menteri Dalam Negeri untuk serius memerangi masalah pelecehan seksual. Hal itu terutama dipicu tertangkapnya tujuh orang dalam penyerangan beberapa perempuan dekat Tahrir Square di Kairo, saat perayaan terpilihnya sang presiden.
Penyerangan terhadap perempuan di Tahrir Square itu sendiri terjadi saat ribuan orang berkumpul di jalanan, yang memunculkan kegelisahan banyak pihak akan komitmen pemerintah Mesir memerangi kekerasan seksual. Sebuah video yang diunggah di YouTube misalnya, memperlihatkan seorang perempuan telanjang dengan luka di bagian pinggangnya, yang tampak ditarik melalui gerombolan massa menuju sebuah ambulans.
Kejadian itu memancing perhatian sekaligus kritikan keras dari publik, yang lantas memunculkan kesaksian beberapa korban kekerasan serupa melalui media. Sisi sendiri sempat mengunjungi salah seorang perempuan korban di rumah sakit, sembari memberinya rangkaian bunga.
Penyerangan seks diketahui kerap terjadi dalam demonstrasi selama dan sesudah gelombang unjuk rasa 2011 yang menjatuhkan Hosni Mubarak. Lebih jauh, beberapa pihak mencatat tindakan serupa selalu muncul dalam berbagai kegiatan akbar di berbagai tempat di Mesir, setidaknya dalam satu dasawarsa terakhir. [Reuters]