Kerusakan Kota Gaza Parah

Ardi Mandiri Suara.Com
Selasa, 15 Juli 2014 | 23:10 WIB
Kerusakan Kota Gaza Parah
Kepulan asap yang muncul setelah sebuah bom meledak di Jalur Gaza, (13/7). (Reuters/Ammar Awad)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa bagi Warga Palestina (UNWRA) menyatakan serangan udara Israel di Gaza menimbulkan kerusakan parah, lebih dari 500 unit rumah rata dengan tanah.

"Jumlah korban meninggal naik dan tingkat kerusakan Gaza sungguh besar sekali," kata juru bicara UNWRA Sami Mshasha, Selasa (15/7/2014) waktu Indonesia.

"Menurut angka paling akhir kami, sebanyak 174 orang meninggal dan lebih 1.100 orang luka-luka. Angka ini akan bertambah, betambah dalam hitungan jam," kata dia kepada wartawan.

Ironisnya, kata Sami, banyak korban jiwa berasal dari kaum perempuan dan anak-anak.

"Itulah yang menjadi keprihatinan UNWRA," katanya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa sebanyak 17.000 warga telah mengungsi di 20 sekeolah yang dikelola WNWRA.

"Kami telah mengirim koordinat GPS ke pihak Israel agar mereka tidak menyerang kami," tuturnya.

Ratusan Ribu Orang Tanpa Air
Dalam pernyataan terpisah, Komisi Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan pemboman Israel telah menghancurkan pasokan air di Gaza.

"Ratusan ribu orang di Gaza sekarang tanpa air. Dalam waktu beberapa hari, seluruh penduduk di Jalur itu kemungkinan besar akan kekurangan air," kata Jacques de Maio, yang mengepalai operasi ICRC di Israel dan wilayah Palestina.

"Air dan layanan listrik juga terpengaruh akibat permusuhan yang berlanagsung saat ini. Jika mereka tidak berhenti, penduduk akan mengalami krisis air akut," kata dia dalam satu pernyataan.

Pertempuran juga menghalangi para teknisi melakukan perbaikan-perbaikan.

Menyusul kematian beberapa teknisinya, peneyedia layanan air di Gaza telah menangguhkan semua operasi lapangan hingga keselamatan para stafnya terjamin, kata ICRC.

"Sistem air Gaza telah rusak selama bertahun-tahun. Serangan-serangan paling akhir memperparah. Air yang aman untuk diminum jadi sangat langka di Jalur itu, sementara temperatur memanas," kata pakar sanitasi dan air ICRC Guillaume Pierrehumbert.

"Air jadi terkontaminasi dan sampah berserakan yang bisa berisiko menimbulkan penyakit," kata dia. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI