Suara.com - Pengamat politik Universitas Paramadina Jakarta, Arya Fernandes, mengatakan masa depan koalisi permanen Merah Putih yang hari ini dideklarasikan bakal ditentukan oleh tiga faktor.
Faktor yang pertama, kata Arya, hasil rekapitulasi suara dalam pemilu presiden secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum.
"Kalau KPU menyatakan pasangan Prabowo menang, kemungkinan umur koalisi akan panjang. Tapi, kalau KPU menyatakan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang menang kemungkinan umurnya singkat," kata Arya kepada suara.com.
Faktor yang kedua, kata Arya, proses pra pembentukan kabinet pemerintahan yang baru juga akan berpengaruh pada koalisi Merah Putih.
"Kalau yang menang pasangan Jokowi-JK, tentu beberapa partai (anggota koalisi) akan pikirkan ulang nasib koalisi itu. Bisa saja mereka goyang," kata Arya.
Anggota koalisi, kata Arya, sangat berpotensi untuk pindah haluan bilamana mendapat tawaran dari pemerintahan Jokowi-JK.
Faktor ketiga yang juga mempengaruhi kekompakan koalisi, menurut Arya, yakni kondisi internal partai anggota koalisi sendiri.
"Beberapa partai akan hadapi munas, seperti Golkar. Kalau terjadi pergolakan, katakanlah Ical (Aburizal) digoyang, digeser atau diganti. Ini bisa membuat goyang. Golkar, saya kira akan memikirkan ulang," imbuhnya.
Selain Partai Golkar, menurut prediksi Arya, PPP juga berpotensi untuk goyang. Sama seperti Golkar, partai berlambang kabah ini juga memiliki sejarah konflik internal partai menjelang Pilpres 2014.
"Proses dukungan mereka terhadap salah satu kandidat lebih rumit. Kondisi mereka berbeda dengan anggota koalisi lain, seperti PKS atau PAN. Golkar dan PPP sempat ada pemecatan kader," kata Arya.