Suara.com - Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) mengupayakan instalasi gawat darurat (IGD) Rumah Sakit Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza Utara, Palestina, dapat segera beroperasi untuk membantu merawat korban serangan udara tentara Israel.
Manajer Operasional MER-C Indonesia Rima Theresia Manzanaris ketika ditemui di Jakarta, Senin (14/7/2014), mengatakan awalnya "soft launching" rumah sakit ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2014, namun karena memanasnya situasi di Gaza membuat pihaknya berupaya agar warga yang menjadi korban dapat dirawat di sana.
"RS Indonesia sengaja dibangun di Bayt Lahiya karena berada sekitar 2,5 kilometer dari perbatasan Israel, di mana banyak korban meninggal akibat agresi tahun 2008-2009," katanya.
Dia mengatakan dengan serangan yang terus terjadi, pihaknya berupaya dengan dana yang tersedia saat ini yaitu sebesar Rp13,5 miliar, dapat melengkapi alat kesehatan di ruang gawat darurat RS Indonesia sehingga dapat segera digunakan.
"Meskipun ketika dihitung biaya operasional untuk instalasi gawat darurat mencapai Rp15 miliar, dengan dana yang tersedia akan dimaksimalkan," urainya.
Rima menjelaskan total biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan dan kelengkapan alat kesehatan RS Indonesia secara keseluruhan sebesar Rp65 miliar lebih. Saat ini bangunannya sudah selesai dibangun, instalasi listriknya pun sedang dikerjakan sehingga yang menjadi prioritas berikutnya adalah melengkapi alat kesehatan di ruang gawat darurat agar dapat segera digunakan untuk merawat para korban.
"Untuk alat kesehatannya sendiri, kami masih berkoordinasi dengan relawan di Gaza, sebelumnya sudah ada tim yang memantau penyalur yang akan menyediakan peralatan, jadi kami hanya mengirimkan dana ke rekening saja," katanya.
Untuk tenaga medis, pihak Mer-C saat ini sedang menunggu dan berkoordinasi dengan relawan yang berbasis medis serta mau diberangkatkan ke Gaza. Dalam sebulan terakhir, tercatat 19 relawan MER-C yang ada di Gaza, di mana empat di antaranya relawan yang sudah lama di sana, dan 15 orang lainnya merupakan relawan yang dikirim untuk menyelesaikan instalasi di RS Indonesia.
"Keberadaan RS Indonesia ini diharapkan bisa membantu menangani pasien yang mengalami trauma fisik dan merehabilitasi sehingga bisa mandiri dan beraktivitas kembali," katanya.
Dia menambahkan RS Indonesia bertipe traumatologi dan rehabilitasi, berstatus wakaf dari Pemerintah Palestina seluas 16.261 meter persegi dengan kapasitas 100 tempat tidur juga memiliki dua lantai serta satu lantai basement. Selain itu, RS Indonesia juga memiliki IGD, empat buah kamar operasi, intensive care unit (ICU), laboratorium, instalasi radiologi, poliklinik, rehabilitasi medis seperti farmasi, dapur rumah sakit, laundry dan ketel uap.