Serangan Berlanjut, Israel Minta Warga Palestina Keluar dari Gaza Utara

Laban Laisila Suara.Com
Minggu, 13 Juli 2014 | 16:15 WIB
Serangan Berlanjut, Israel Minta Warga Palestina Keluar dari Gaza Utara
Tank-tank Israel disiagakan tak jauh dari Jalur Gaza, Jumat (11/7/2014). (Reuters/Baz Ratner)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Militer Israel meminta warga Palestina yang berapa di Jalur Gaza bagian utara untuk meninggalkan rumah mereka menyusul agresi dan gempuran bakal terus berlanjut.

Peringatan itu disampaikan pihak militer Israel dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (12/7/2014) malam waktu setempat, atau Minggu (13/7/2014) WIB, sembari menolak bertanggung jawab jika menjadi korban serangan.

"Malam ini kita akan mengirim pesan kepada warga Gaza utara mendesak mereka meninggalkan rumah mereka demi keselamatan mereka sendiri. Tidak aman untuk berada di dekat Hamas," kata pernyataan itu.

Peringatan ini memang bukan untuk pertama kalinya, dimana Israel mendesak rakyat Palestina meninggalkan rumah mereka.

Tetapi seruan itu menyusul gempuran udara brutal Israel di wilayah Gaza yang disebut sebagai balasan tembakan roket ke Tel Aviv.

Setidaknya 16 orang tewas dalam serangan terakhir Sabtu, termasuk 15 orang di lingkungan Kota Gaza Tuffah, kata petugas medis.

Hingga berita ini diturunkan, jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel ke Gaza telah mencapai 154 orang.

Jumlah korban luka juga membengkak jumlahnya. Serangan yang telah berlangsung sejak Selasa itu telah mencederai 950 orang.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah menyerukan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. PBB juga menyatakan prihatin atas nasib warga sipil di kedua belah pihak.

"Para anggota Dewan Keamanan PBB menyerukan penurunan ekskalasi pada situasi yang ada saat ini, serta pengembalian keamanan dan mewujudkan kembali gencatan senjata yang sudah dipertahankan sejak bulan November 2012," sebut pernyataan dewan beranggotakan 15 negara tersebut. ((Reuters/Al Jazeera/AFP)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI