Ini Gagasan Konkrit Jokowi Atasi Kenaikan Harga Daging Sapi

Ruben Setiawan Suara.Com
Sabtu, 05 Juli 2014 | 23:07 WIB
Ini Gagasan Konkrit Jokowi Atasi Kenaikan Harga Daging Sapi
Pertunjukan musik gratis bertajuk "Konser Salam 2 Jari, Rekatkan Kembali Tali Kebangsaan" di Gelora Bung Karno Jakarta, Sabtu (5/7). [suara.com/Adrian Mahakam]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan gagasan-gagasan konkrit untuk mengatasi kenaikan harga daging sapi menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Jokowi menekankan pentingnya peningkatan peternakan dalam negeri dan perubahan metode impor.

"Mestinya kalau kita punya strategi jangka panjang seharusnya kita harus memulai memelihara sapi di satu kandang, sehingga mudah dikotrol dan dicek. Kita bisa dapat pupuk dari sana, kita juga bisa mendapat energi dari kotoran sapi dari kandang, yang ketiga, jangka panjang kita punya stok sapi hidup untuk dipakai sewaktu-waktu," kata Jokowi.

Bahkan, Jokowi menargetkan Indonesia tidak perlu impor sapi dalam waktu 5 sampai 6 tahun ke depan.

"Jangan impor daging sapi untuk hanya sebagai alasan. Dalam 5-6 tahun kita selesaikan masalah impor daging sapi," tegas Jokowi.

Sementara menunggu hal itu terwujud, menurut Jokowi, strategi impor perlu diubah. Caranya adalah dengan tidak mengimpor daging sapi jenis has, melainkan daging sapi karkas. Dengan demikian, maka para pedagang bisa memilih daging dengan harga sesuai keinginan.

"Impor tidak dalam bentuk daging has, tapi dalam karkas, harganya bermacam-mamcam, tukang bakso bisa hidup, tidak dengan sekarang, semua harus belui yuang 120 ribuan," tegas Jokowi.

Debat final pemilu presiden 2014 capres dan cawapres ini digelar di Gedung Bidakara, Jakarta Selatan, hari Sabtu (5/7/2014). Debat ini digelar bertepatan dengan berakhirnya masa kampanye capres dan cawapres. Debat ini mengambil tema Pangan, Energi, dan Lingkungan Hidup dengan moderator Rektor Universitas Diponegoro Sudharto P. Hadi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI