Surat Terbuka Aktivis 98 untuk Jokowi

Siswanto Suara.Com
Jum'at, 04 Juli 2014 | 16:50 WIB
Surat Terbuka Aktivis 98 untuk Jokowi
Capres nomor urut dua Joko Widodo saat berkampanye di Lapangan Tegalega Bandung, Jawa Barat, Kamis (3/7/2014). [Suara.com/Nur Ichsan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lima aktivis 1998 yang pernah diculik menulis surat kepada Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Isinya meminta pasangan capres-cawapres nomor urut dua ini untuk menuntaskan pengusutan kasus pelanggaran HAM masa lalu, bila kelak menang di Pilpres 2014.

Kelima aktivis yang menuliskan surat tersebut, yakni Raharja Waluya Jati, Mugiyanto, Faisol Riza, Nezar Patria, dan Aan Rusdianto. Rencananya, surat ini akan langsung diberikan kepada Jokowi.

"Surat ini kita bacakan dan kami ingin sampaikan secara langsung kepada Jokowi," kata Jati yang membacakan surat tersebut di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (4/7/2014).

Berikut isi surat terbuka untuk Jokowi itu:

Apakah kami tidak cukup bersyukur karena telah pulang dengan selamat, kembali ke pelukan orang-orang tercinta dan keluarga? Apakah kami tidak tahu diri dengan menuliskan surat ini, setelah 16 tahun peristiwa berlalu?

Kami ingin menegaskan sekali lagi kepada Bapak berdua sebagai calon presiden dan calon wakil presiden, bahwa peristiwa penculikan bukanlah isu politik yang sedang diperdagangkan di bursa Pemilu Presisden. Penculikan aktivis dan rakyat Indonesia di tahun 1997-1998 karena alasan politik adalah peristiwa kejahatan terhadap kemanusiaan.

Penculikan adalah peristiwa nyata yang melukai rasa kemanusiaan siapa pun, dan hingga kapan pun tak boleh ditutup selama mereka yang hilang belum kembali atau ada kejelasan nasibnya.

Kami percaya, Anda berdua atau siapa saja pembaca surat ini, termasuk para penculik yang saat ini masih bisa menyentuh dan memandangi anak tercintanya, pasti akan berjuang hingga akhir usia bila orang tercinta kalian direnggut paksa dan dihilangkan dengan jahat.

Enam belas tahun bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah penantian bagi keluarga korban penculikan. Saat telah terang siapa pelaku penculikan, dan kami bersaksi bahwa mereka yang belum kembali pernah berada di tempat penyekapan yang sama, maka setiap hari penantian keluarga korban adalah rasa nyeri di setiap tarikan nafas.

Bapak Jokowi dan Jusuf Kalla,

Sengaja kami berkirim surat ini kepada Anda berdua dengan disaksikan jutaan rakyat Indonesia yang sedang merindukan perubahan nyata, karena Anda berdua bukanlah bagian dari pelaku kejahatan politik di masa lalu. Kami menyematkan harapkan di hati Anda, karena Anda berdua adalah jalan keluar dari penantian panjang penyelesaian masalah. Sebagaimana masing-masing telah Anda tunjukkan kepada kami, bahwa Anda berdua mampu mengurai dan menyelesaikan soal-soal pelik dalam kehidupan berbangsa di negeri ini. Anda berdua tak boleh punya keraguan sedikit pun untuk tidak menyelesaikan kasus yang sebenarnya telah terang-benderang.

DPR RI pada 15 September 2009 telah memutuskan untuk:
1. Merekomendasikan kepada Presiden untuk membentuk pengadilan HAM Ad Hoc
2. Merekomendasikan kepada Presiden serta segenap institusi pemerintah serta pihak-pihak terkait untuk segera melakukan pencarian terhadap 13 orang yang oleh Komnas HAM masih dinyatakan hilang
3. Merekomendasikan kepada kepada pemerintah untuk merehabilitasi dan memberikan kompensasi terhadap keluarga korban yang hilang
4. Merekomendasikan kepada pemerintah agar segera meratifikasi Konvensi Anti Penghilangan Paksa sebagai bentuk komitmen dan dukungan untuk menghentikan praktik penghilangan paksa di Indonesia.

Bapak Jokowi dan Jusuf Kalla,

Kami dan para keluarga korban ingin sekali menyaksikan, bangsa ini berkembang maju sebagai bangsa yang beradab dan sejahtera tanpa hutang sejarah kejahatan terhadap kemanusiaan di masa lalu. Bila bapak berdua benar-benar bisa menjadi jalan keluar dari masalah ini, maka insyallah seluruh bagian bangsa ini tak lagi akan tersandera dalam sekat-sekat kecurigaan dan saling menyalahkan, yang hanya menjauhkan dari naluri persatuan dan solidaritas sosial sebagai modal utama pembangunan kejayaan bangsa.

Terima kasih. Nunca mas!
Wassalamualaikum Wr Wb,

Jakarta, 3 Juli 2014

Kami yang bersurat,
1. Mugiyanto
2. Raharja Waluya Jati
3. Faisol Riza
4. Nezar Patria
5. Aan Rusdianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI