The Economist: Jokowi Pilihan Tepat untuk Indonesia

Doddy Rosadi Suara.Com
Jum'at, 04 Juli 2014 | 14:47 WIB
The Economist: Jokowi Pilihan Tepat untuk Indonesia
Calon presiden Joko Widodo (kanan). [Antara/Jessica Helena Wuysang
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Majalah The Economist, salah satu majalah ekonomi terkemuka di dunia, menilai, Joko Widodo merupakan pilihan yang tepat untuk menjadi Presiden Indonesia. Hal itu diungkapkan dalam editorial majalah tersebut.

The Economist menilai, Jokowi menampilkan sesuatu yang baru bagi Indonesia. Jokowi (53 tahun) dianggap sebagai generasi politik pertama yang mencapai tingkat nasional sejak protes massal di akhir 90-an yang membuat Presiden Soeharto jatuh dari tampuk kepemimpinan.

Kehadiran Jokowi di kancah politik merupakan dampak dari otonomi daerah yang meruipakan salah satu sukses yang diraih Indonesia dalam kehidupan berdemokrasi. The Economist menilai Jokowi meraih popularitas karena kompetensinya saat menjadi Wali Kota Solo yaitu berhasil membersihkan pemerintahan.

Selain itu, Jokowi juga mempunyai catatan yang bagus dalam berurusan dengan permasalahan yang dialami kaum jelata, mulai dari kemacetan, sanitasi yang buruk hingga birokrasi yang korup. Selain itu, Jokowi juga lebih nyaman untuk bekerja sama dengan orang Kristen atau minoritas Cina dibandingkan politikus lainnya.

Inilah yang membuat Jokowi dituding sebagai orang Cina, dalam kampanye fitnah yang bergulir selama pemilu presiden. Majalah The Economist juga menilai investor akan lebih mendukung Jokowi untuk menang di pemilu Presiden. Jokowi dinilai paham tentang pentingnya memangkas subsidi dan menigkatkan pendidikan.

Satu-satunya kekhawatiran tentang Jokowi adalah kemampuannya dalam politik tingkat tinggi. Ini karena Jokowi masih belum cukup berpengalaman, pandangannya terkait politik luar negeri juga belum jelas.

Ini yang membuat Prabowo Subianto, capres yang diusung Partai Gerindra mulai mendekati popularitas Jokowi. Sebagai bekas Komandan Kopassus, Prabowo punya catatan yang buruk tentang pelanggaran hak asasi manusia. Pertama di Timor Timur lalu di era reformasi 1998.

Prabowo juga ahli dalam urusan politik uang dan meraih keuntungan karena berteman dengan konglomerat yang mempunyai televisi.

Selain itu, Prabowo juga punya keinginan untuk memutar balik proses demokratisasi di Indonesia. The Economist menulis, apakah Prabowo akan sukses dalam upaya untuk melakukan itu adalah hal lain. Namun, Prabowo tidak boleh diberikan kesempatan untuk mencoba.

Memilih Jokowi adalah sebuah perjudian, mungkin dia akan mengalami kesulitan apabila sudah masuk dalam pemerintahan. Namun, dia berhasil memimpin Jakarta dengan baik dan visinya untuk masa depan lebih baik dibandingkan Prabowo. Karena itu, The Economist menilai, Jokowi adalah pilihan yang tepat untuk Indonesia. (The Economist)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI