Suara.com - Beberapa bulan lalu, popularitas Joko Widodo, calon presiden dari PDI Perjuangan masih unggul 30 persen dibandingkan Prabowo Subianto, calon presiden dari Partai Gerindra. Kini, Jokowi hanya unggul tipis atas Prabowo Subianto.
Ahli media dari Australia National University, Ross Tapsell mengatakan, kampanye fitnah yang menimpa Joko Widodo mempunyai pengaruh besar terhadap popularitasnya.
“Kampanye fitnah itu disirkulasikan terutama di Jawa dan itu menjadi hal penting. Popularitas Prabowo semakin meningkat karena mesin politiknya bekerja sedangkan mesin politik Joko Widodo masih belum tahu akan melakukan apa. Selain itu, Prabowo sudah menyiapkan diri untuk menjadi Presiden selama 10 tahun,” kata Ross.
Dia menambahkan, karena sudah mempersiapkan diri sejak 10 tahun lalu, mesin politik Prabowo sudah bisa langsung bekerja. Sedangkan mesin politik Jokowi masih belum terorganisir. Ini yang membuat popularitas Jokowi semakin terkejar oleh Prabowo.
Ross mengatakan, kampanye fitnah juga mempengaruhi popularitas Joko Widodo. Berdasarkan survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia, 17 persen dari 3.000 responden mendengar kabar tentang Jokowi yang merupakan keturunan Cina dan 37 persen percaya dengan kabar tersebut.
Selain itu, faktor lain yang membuat popularitas Prabowo terus meningkat adalah dukungan dari media televisi, di mana lima stasiun televisi mendukungnya sedangkan Jokowi hanya didukung satu televisi.
Kata Ross, televisi masih menjadi media yang paling berpengaruh di Indonesia. Faktor lain yang meningkatkan popularitas Prabowo adalah dukungan dana besar. Prabowo sudah melaporkan jumlah kekayaannya kepada KPU yaitu sebesar Rp1,6 triliun sedangkan Jokowi sebesar Rp28 miliar.(AFP/CNA)