Suara.com - Tindakan DPP Partai Golkar memecat tiga kader karena berbeda haluan dengan partai mendapat kecaman keras dari berbagai pihak. Kecaman antara lain datang dari kader Golkar yang berhimpun dalam wadah Keluarga Besar Eksponen Ormas Tri Karya Golkar, yang menghimpun kader yang berbasis Ormas pendiri Golkar (SOKSI, Ormas MKGR dan Kosgoro 57).
Menurut Ketua Koordinator Pusat Eksponen Tri Karya Golkar, Zainal Bintang, tindakan pemecatan itu menunjukkan bukti bahwa Aburizal Bakrie alias Ical selaku Ketua Umum Partai Golkar tidak paham berpolitik. "Tindakan main pecat kader Golkar, membuktikan ARB itu emosional," kata Bintang kepada suara.com, Rabu (25/6/2014).
Bintang yang juga menjabat Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Ormas MKGR mengatakan kultur politik berbeda dengan kultur pebisnis. Latar belakang Aburizal sebagai pebisnis alias saudagar, kata Bintang, mempengaruhi tindakannya di dalam mengelola partai politik.
"Posisi sebagai Ketua Umum Golkar diterjemahkan sebagai pemegang saham mayoritas yang semau gue, sebagaimana lazim di dalam organisasi pedagang," kata Bintang.
Terkait kasus pemecatan itu, Bintang menyatakan siap membela kader Golkar yang dipecat dan bahkan akan menggugat balik Aburizal.
”Saya mengecam keras pemecatan itu. Mereka kader terbaik dan pemecatan ini akan menghancurkan Golkar. Pemecatan ini menunjukkan ARB panik dan tak memahami kultur politik. Dia hanya faham gaya otoritarian dalam dunia bisnis, lalu mempraktikkannya di partai,” kata Bintang.
Seperti diketahui Partai Golkar memecat tiga kader mereka dari keanggotaan partai. Mereka dinilai tidak mematuhi keputusan partai untuk mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Ketiga kader yang dipecat adalah Ketua DPP Golkar Agus Gumiwang Kartasasmita, Wakil Bendahara DPP Golkar Nusron Wahid, serta Poempida Hidayatulloh. Ketiga kader yang dipecat juga tercatat sebagai anggota DPR dari Partai Golkar.
Eksponen Tri Karya Golkar menilai timbulnya konflik internal dalam tubuh Golkar merupakan risiko dari dinamika proses demokrasi yang sedang dibangun di Indonesia. Jadi, kata Bintang, kalau ada perbedaan pandangan antara individu kader dan "penguasa" alias pengurus teras partai, jawabannya bukan tindakan bumi hangus.
"Bagaimanapun juga harus ada tahapan-tahapan kebijakan di internal partai, mengingat semua kader, apakah anggota biasa atau pengurus, terhimpun sebagai keluarga besar. Tindakan pemecatan merupakan sikap tidak bijaksana dan merupakan perilaku otoriter elite DPP Golkar di bawah kepemimpinan ARB," ujar Bintang.