Menurut Hohberg, pendeta yang memimpin sebuah paroki Protestan di Jerman, Rumah itu akan dibangun di atas lokasi reruntuhan Gereja St Peter, gereja pertama di Berlin. Gereja St Peter dibangun pada 1230 dan rusak para akibat bom saat Tentara Merah Uni Soviet merebut Berlin dari Nazi. Sisa bangunan itu dihancurkan pemerintah Jerman Timur setelah Perang Dunia II.
Enam tahun lalu sejumlah arkeolog menemukan kuburan tua di sekitar lokasi itu dan saat itu lahir gagasan untuk membangun sesuatu di atasnya, untuk membangkitkan kembali semangat komunitas dan tempat untuk berdoa.
Proyek itu lalu berkembang dan berubah dari awalnya hanya membuat rumah ibadah untuk satu agama menjadi untuk tiga agama. Kini Hohberg dkk sedang mengumpulkan dana untuk membangun tempat itu.
"Di bawah satu atap: satu sinagoga, satu masjid, satu gereja. Kami ingin menggunakan tiga ruangan ini untuk ibadah kami masing-masing. Dan bersama-sama kami akan memanfaatkan ruangan di tengah untuk dialog dan untuk mereka yang tidak punya agama," jelas Hohberg.
"Berlin adalah kota tempat orang-orang dari seluruh dunia berkumpul dan kami ingin menunjukkan contoh kebersamaan" imbuh dia.
Sementara menurut Ben Chorin, lokasi pembangunan rumah ibadah di Berlin punya arti sendiri terhadap komunitas Yahudi.
"Dari sudut pandang saya sebagai seorang Yahudi, (saya melihatnya) kota tempat penyiksaan orang Yahudi dirancang kini akan menjadi kota yang jantungnya menjadi pertemuan tiga agama monoteis yang membentuk kebudayaan Eropa," kata Chorin kepada BBC.
Imam Sanci, ulama Islam di Berlin, melihat bangunan itu akan menjadi "sebuah tanda, tanda kepada dunia bahwa mayoritas umat Islam penuh kedamaian dan menolak kekerasan." Ia juga menambahkan bahwa Rumah itu akan menjadi tempat berbagai kebudayaan belajar dari satu sama lain. (BBC)