Suara.com - Pemimpin tertinggi Iran mengutuk intervensi AS di Irak dan menuduh Washington berusaha menguasai Irak, menyusul kelompok pemberontak Sunni, ISIL, terus marangsek ke Baghdad dari arah perbatasan Suriah.
Pernyataan Ayatollah Ali Khamenei yang disampaikan pada Minggu (22/4/2016) waktu setempat, adalah pernyataan yang paling jelas dari oposisi terhadap rencana AS untuk mengirimkan hingga 300 penasihat militer.
Bantuan itu sebetulnya untuk menanggapi permintaan dari Pemerintah Irak dan bertentangan dengan spekulasi, bahwa musuh lama Teheran itu mungkin sengaja bekerja sama untuk saling mempertahankan sekutu mereka.
"Kami sangat menentang AS dan intervensi lainnya di Irak," kata kantor berita IRNA mengutip Khamenei.
"Kami tidak menyetujui hal itu karena kami percaya otoritas pemerintah Irak, bangsa dan agama mampu mengakhiri hasutan itu,” tambahnya lagi.
Pemerintah Iran dan AS telah tampak terbuka untuk berkolaborasi menumpas kelompok Al Qaeda cabang Negara Islam di Irak dan Levant, ISIL.
"Pemerintah Amerika mencoba untuk menggambarkan hal ini sebagai perang sektarian, tapi apa yang terjadi di Irak bukanlah perang antara Syiah dan Sunni," kata Khamenei.
Teheran dan Washington telah dikejutkan oleh serangan yang dipelopori oleh ISIL, yang telah melihat sebagian besar wilayah utara dan barat Irak jatuh ke kelompok garis keras dan pejuang Sunni lainnya sejak 10 Juni, termasuk kota terbesar di utara Mosul.
Kaum Sunni bersatu dalam oposisi terhadap apa yang mereka lihat sebagai aturan sektarian memecah belah Perdana Menteri Syiah Nuri al-Maliki. (Reuters)