Gubernur Bali Minta Institusi Adat Antisipasi Penutupan Dolly

Achmad Sakirin Suara.Com
Jum'at, 20 Juni 2014 | 13:31 WIB
Gubernur Bali Minta Institusi Adat Antisipasi Penutupan Dolly
Suasana di kawasan lokalisasi Dolly, Surabaya, Kamis (19/6) malam. [Antara/Suryanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta peran aktif institusi adat untuk mengantisipasi eksodus pekerja seks komersial ke Pulau Dewata sebagai imbas penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya, Jawa Timur.

"Pendekatannya saya kira bukan razia, tetapi memberi pemahaman kepada masyarakat Bali," katanya di sela-sela membuka Pelatihan Aplikasi Regulasi Otonomi Daerah di Denpasar, Jumat (20/6/2014).

Menurut dia, sangat penting peran dari aparat banjar (dusun), desa pakraman (desa adat), dan para pecalang (petugas pengamanan adat), intinya aparat tradisional supaya lebih memperhatikan kondisi lingkungan sekitar sehingga mencegah eks PSK Dolly masuk ke wilayah masing-masing.

"Saya berpesan kepada orang Bali jangan menerima, jangan menjadi konsumennya," ujarnya.

Mantan Kapolda Bali itu mengatakan, kalaupun ada PSK dari Dolly ke Pulau Dewata, tetapi seharusnya tidak lagi mengambil pekerjaan seperti saat mereka berada di lokalisasi terbesar di Asia Tenggara tersebut.

Masalah kependudukan, tambah Pastika, memang harus menjadi perhatian. Namun, diingatkan jangan hanya mengandalkan razia terus-menerus. Justru yang terpenting adalah memberi pemahaman dan penyadaran pada masyarakat untuk menjauhkan diri dari perilaku seksual yang berbahaya itu.

Sebelumnya Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta juga mengharapkan pemerintah kabupaten/kota untuk memperketat masuknya orang ke Bali sebagai salah upaya mengantisipasi masuknya PSK Dolly.

"Jangan sampai ada yang masuk ke Bali tidak memiliki identitas jelas dan pekerjaaan yang jelas," kata Made yang juga Ketua Harian Komisi Penanggulangan AIDS Provins Bali itu. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI