Suara.com - Akademisi ilmu politik Universitas Paramadina Arya Fernandes mengatakan konsistensi dukungan partai politik terhadap koalisi pengusung capres-cawapres akan diuji setelah pelaksanaan pemilu presiden 2014.
“Pertama, pascapilpres posisi partai ini akan sangat liar. Jadi, tidak ada jaminan bahwa sikap mereka akan sama sebelum pilpres, kecuali Partai Gerindra dan PDI Perjuangan,” kata Arya kepada suara.com, Senin (16/6/2014).
Menurut sejarah, kata Arya, sikap partai setelah pemilu presiden pada umumnya selalu tidak linear dengan sikap sebelum pemilu presiden.
“Bisa saja mereka, memilih posisi yang berbeda, yaitu mendukung presiden terpilih,” kata Arya.
Kedua sikap partai di parlemen. Di parlemen, kata Arya, juga tidak ada jaminan koalisi besar partai akan tetap kompak.
“Karena secara natural, partai-partai ini posisinya abu-abu, jadi mereka bisa gerak dari satu kondisi ke kondisi lain, misalnya mereka dukung pemerintah dalam salah satu kebijakan, kemudian dikebijakan lainnya bisa berubah,” katanya.
Pemilu Presiden 2014 diikuti oleh dua pasangan capres-cawapres. Pasangan nomor urut pertama adalah Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Mereka diusung oleh Partai Gerindra, PPP, PKS, PAN, Golkar, dan PBB. Sedangkan pasangan nomor urut dua adalah Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang diusung oleh PDI Perjuangan, Partai Nasdem, PKB, Hanura, dan PKPI.
Proses pilpres saat ini baru memasuki tahap debat kandidat presiden. Pilpres akan diselenggarakan pada 9 Juli 2014.