Suara.com - Mantan ibu negara AS, Hillary Clinton baru-baru ini meluncurkan memoarnya. Salah satu pengakuan yang mengejutkan dalam memoar berjudul "Hard Choice" atau Pilihan Berat itu adalah bagaimana keluarganya keluar dari Gedung Putih dalam kondisi 'bangkrut'.
Hillary mengungkapkan saat tak lagi menjabat presiden, Keluarga Bill terlilit utang hingga jutaan dolar. Selain untuk membiayai pendidikan Chelsea, utang itu juga berupa tagihan hukum berkaitan dengan affair Clinton dengan Monica Lewinsky.
"Kami keluar dari Gedung Putih tidak hanya mati bangkrut, tetapi juga banyak memiliki utang," kata Clinton dalam wawancara dengan ABC News, untuk kepentingan promosi buku memoarnya. Dalam wawancara yang dirilis Selasa (10/6/2014) itu Hillary antara lain mengatakan, "Kami tidak punya uang ketika kami masuk Gedung Putih, dan kami berjuang untuk mengumpulkan uang untuk hipotek, untuk rumah, pendidikan Chelsea. Kau tahu itu tidak mudah."
Setelah meninggalkan Gedung Putih, Hillary terpilih menjadi anggota Senat mewakili New York. Sedangkan Bill Clinton mendapatkan uang dari honor menjadi pembicara dalam berbagai acara. Pendapatan mereka sebenarnya cukup besar, tetapi mereka memiliki tagihan sebesar 10,6 juta dolar atau sekitar Rp 120 miliar. Tagihan ini sebagian besar untuk membayar penasehat hukum terkait penyelesaian kasus Whitewater dan urusan Monica Lewinsky.
Pada tahun 2009, ketika Hillary Clinton sedang mempersiapkan untuk bergabung sebagai Menteri luar negeri dalam pemerintahan Presiden Barack Obama, melaporkan kekayaan berkisar antara 10-50 juta dolar.
Partai Republik menuduh, pada 2003 Hillary menerima 8 juta dolar, sebagai uang muka untuk buku memoarnya ini. "Saya pikir dia (Hillary, red) telah keluar dari sentuhan dengan orang awam," kata Ketua Komite Nasional Partai Republik, Reince Priebus.
"Masalahnya bukan apakah dia bangkrut atau tidak, tetapi 'ketuliannya' pada orang awam," lanjut Priebus. (The Guardian)