Kelompok Bersenjata Duduki Sebuah Universitas di Ramadi

Esti Utami Suara.Com
Sabtu, 07 Juni 2014 | 18:08 WIB
Kelompok Bersenjata Duduki Sebuah Universitas di Ramadi
Sebuah tank mengangkut tentara Irak dalam sebuah kontak senjata di Ramadi (31/5/2014). Lebih dari 420.000 warga Ramadi dan Falluja mengungsi sejak awal tahun ini. (Reuters/Ali al-Mashhadani )
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekelompok pria bersenjata menduduki sebuah universitas di provinsi Anbar Irak Barat, Sabtu (7/6/2014) dan menyandera ratusan mahasiswa dan dosen mereka di dalam kampus.

Setelah berhasil melewati para penjaga, kelompok bersenjata ini berhasil membobol Universitas Ramadi, di ibukota provinsi Anbar. Para pelaku juga membangun pertahanan, dengan menanam bom di depan pintu masuk untuk mencegah masuknya pasukan keamanan.

Pasukan keamanan mengepung kampus tersebut, dan sempat terjadi kontak tembak dengan kelompok bersenjata ini.  Sejumlah penembak jitu dikerahkan untuk melakukan pengintaian dari atap. Sementara sumber di rumah sakit Ramadi mengatakan mereka telah menerima dua jenazah, salah satunya seorang mahasiswa sedangkan satu jenazah lainnya adalah seorang polisi.

Seorang dosen di universitas tersebut mengatakan saat kejadian sejumlah staf yang rumahnya berada di luar Kota Ramadi, menginap di dalam kampus, karena saat ini memang masa ujian.

"Kami mendengar suara tembakan yang intens sekitar pukul 04:00. Kami pikir pasukan keamanan datang untuk melindungi kita tetapi terkejut melihat mereka orang-orang bersenjata," katanya kepada Reuters melalui telepon. "Mereka memaksa kami untuk masuk ke sebuah ruangan dan kami dipaksa tetap tinggal di sana."

Identitas para penyerang hingga kini belum diketahui. Tetapi Ramadi memang merupakan satu dari dua kota di Anbar yang pada awal tahun ini dikuasai kelompok Sunni.  Bagdad telah mengambil alih kontrol atas pusat kota Ramadi, di mana kantor dewan kota dan kantor-kantor lain berada. Tapi pinggiran kota dan daerah-daerah terpencil masih dalam kekuasaan kelompok militan. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI