Suara.com - Seorang ilmuwan Selandia Baru yakin bahwa pesawat Malaysia Airlines (MAS) MH370 jatuh di sebuah lembah di Kyrgyzstan. Dugaan Duncan Steel, sang ilmuwan, didasarkan pada kepulan asap yang terlihat di tempat itu ketika MH370 dinyatakan hilang.
Duncan Steel adalah seorang ilmuwan luar angkasa sekaligus fisikawan. Profesor astrobiologi di Universitas Buckingham, Inggris itu mengatakan, MH370 tidak jatuh di Samudera Hindia.
Dalam sebuah wawancara dengan Bernama, lelaki yang juga bekerja di Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) itu, mengatakan, seharusnya tim pencari juga mempertimbangkan koridor utara yang selama ini diabaikan.
"Seseorang harus memeriksa tempat yang diduga tempat jatuhnya MH370 di Lembah Besh Tash (Kyrgyzstan) yang diindikasikan dengan munculnya kepulan asap bersamaan dengan waktu jatuhnya pesawat," kata Steel.
"Pada kenyataannya, peluangnya 1 banding 1000, tetapi mengapa tidak pergi (ke sana) dan memeriksanya untuk memastikan," imbuhnya.
Terkait sinyal temuan di Samudera Hindia yang akhirnya dipastikan bukan dari black box MH370, Steel juga mengaku sudah memprediksi hal itu dari awal. Steel memuji kehebatan perusahaan satelit Inmarsat dalam menganalisis sinyal temuan mereka. Namun, dirinya tidak sepenuhnya yakin kalau mereka benar.
"Namun, tidak berarti saya yakin mereka (Inmarsat) benar, karena mereka tidak mengungkap informasi vital terkait komposisi frekuensi dan pemodelan yang dilakukan Inmarsat," kata Steel.
Menurut Steel, jika informasi itu diungkap, maka publik bisa ikut menganalisa dan mengetahui jika ada kesalahan dalam analisis yang dilakukan Inmarsat. (Dailymail)