Suara.com - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku penutupan lokalisasi Dolly merupakan bentuk pertanggungjawabannya sebagai umara atau pemimpin terhadap kesejahteraan warganya.
"Saya umara, saya bertanggungjawab terhadap kesejahteraan. Bukan bicara itu dosa atau tidak, karena di situ ada yang menderita," kata Risma usai bertemu dengan Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri di Jakarta, Senin (2/6/2014).
Risma juga mengatakan dirinya bukan sebagai penjaga moral tapi lokalisasi tersebut menimbulkan banyak masalah dan telah merusak pikiran anak-anak.
Ia mencontohkan adanya PSK tua yang melayani anak-anak, ada anak-anak yang melakukan hubungan seksual dengan sesama temannya dan banyak lagi masalah lainnya.
Menurut Risma, para PSK tersebut adalah pihak yang tertindas karena mereka terjebak oleh mucikari dan himpitan masalah ekonomi.
Misalnya, dalam satu hari seorang PSK bisa melayani 10 orang dengan bayaran sebesar Rp150 ribu per orang tapi yang didapat PSK tersebut hanya Rp50 ribu karena harus membayar utang, kata Risma.
"Hal inilah yang menjadi alasan kenapa kami melakukan pengalihprofesian. Sebenarnya bukan menutup tapi mengalihkan profesi mereka dari prostitusi," kata Risma. (Antara)