Suara.com - Konflik dan kekerasan masih terus terjadi di Republik Afrika Tengah. Pada 2 Mei 2014, UNHCR merilis lebih dari 23 ribu orang kehilangan tempat tinggal mereka di bagian utara negara. Jumlah pengungsi tersebut hampir dua kali lipat dibandingkan dengan sebulan sebelumnya.
Sejak puncak konflik Desember 2013 hingga kini, di Republik Afrika Tengah nyaris tidak ada perubahan positif melainkan semakin memburuk. Terlebih, pengungsi muslim di Kamerun, Chad, dan utara Afrika Tengah akan menghadapi musim penghujan yang dikhawatirkan menambah parah kondisi mereka di pengungsian.
Sampai saat ini, kondisi muslim di Afrika Tengah makin memprihatinkan. Selain terusir dari negeri sendiri, mereka juga harus menghadapi berbagai keterbatasan hidup di pengungsian. Kekurangan bahan makanan, fasilitas kesehatan, dan ancaman musim penghujan. Mereka tersebar ke dalam beberapa kantung pengungsian hingga ke Chad dan Kamerun.
Sebagai lembaga kemanusiaan global, Aksi Cepat Tanggap (ACT) merespons keadaan itu dengan mengirimkan tim kemanusiaan ke Afrika Tengah pada akhir pekan ini. Tim yang diketuai Yusnirsyah Sirin akan mendistribusikan bantuan kemanusiaan untuk pengungsi di Chad, Camerun dan Republik Afrika Tengah.
“Tim Global Humanitarian Response ACT melakukan assessment dan distribusi bantuan untuk pengungsi. Semua tergantung kebutuhan pengungsi di sana,” kata Yusnirsyah.
Yusnirsyah menambahkan fokus utama tim Global Humanitarian Response akan di Chad karena pengungsi Afrika Tengah paling banyak ada di negara tersebut. Sampai saat ini kondisi pengungsi di Afrika Tengah makin memprihatinkan.
“Mohon doa agar ACT diberi kekuatan dan kelancaran dalam menyalurkan bantuan donatur sebagai solusi bagi korban bencana kelaparan, kemiskinan dan kezoliman di penjuru dunia. Mari bersama memberi bantuan terbaik kita, saat ini juga demi menyelamatkan nyawa saudara kita,” kata dia.