Suara.com - Operasional Bandara Sultan Salahuddin Bima, Nusa Tenggara Barat, ditutup sementara waktu terkait dengan erupsi Gunung Sangeang Api yang melontarkan abu vulkanik setinggi 3.000 meter, dan menghembuskan awan panas sejak Jumat (30/5/2014)pagi.
"Mulai hari ini Bandara Bima ditutup sementara waktu karena erupsi Gunung Sangeang Api itu," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB Wedha Magma Ardhi, yang dihubungi dari Mataram, Sabtu (31/5/2014).
Ardhi mengatakan, otoritas Bandara Sultan Salahuddin Bima lebih memilih menghentikan operasional penerbangan dari dan ke bandara tersebut, sebagai langkah antisipasi terhadap dampak erupsi. Meskipun Bandara Salahuddin yang terletak di Kecamatan Palibelo, Kabupaten Bima, itu relatif jauh dari kawasan Gunung Sangeang Api yang berada di Pulau Sangeang.
"Informasi dari otoritas Bandara Salahuddin, meskipun cukup jauh dari Gunung Sangeang, namun dikhawatirkan abu vulkanik dari gunung berapi itu mengganggu manuver pesawat saat hendak mendarat atau lepas landas," ujarnya.
Menurut Ardhi, otoritas bandara memperkirakan penghentian aktivitas penerbangan dari dan ke Bandara Salahuddin itu akan berlangsung hingga tiga hari ke depan. Bandara Salahuddin Bima melayani rute penerbangan Bima-Lombok, Bima-Kupang, Bima-Makassar, setiap hari.
Hingga kini, Gunung Sangeang Api dengan ketinggian 1.842 meter di atas permukaan laut itu, masih mengeluarkan abu vulkanik yang diperkirakan mencapai 3.000 meter.
Kondisi ini memaksa pemerintah daerah setempat mengevakuasi warga yang mendiami area perladangan di lereng dan kaki gunung, di wilayah Kecamatan Wera. Kecamatan Wera berada di sebelah barat Gunung Sangeang Api itu, dan dianggap rentan karena hembusan angin bersama abu vulkanik mengarah ke arah barat.
Namun, sementara ini jumlah pengungsi belum banyak dan belum ada tenda-tenda pengungsian karena warga yang mendiami kawasan perladangan itu, juga memiliki rumah di lokasi yang relatif aman dari dampak letusan Gunung Sangeang itu. "Sudah ada bantuan masker, dan itu bantuan yang paling mendesak agar menyelamatkan warga di sana. Warga juga diminta berhati-hati karena Gunung Sangeang Api itu masih berstatus siaga," ujarnya. (Antara)