Suara.com - Korea Utara, pada Senin (12/5/2015), menuding Amerika Serikat dan Korea Selatan mengarang-ngarang cerita bahwa pada Maret silam Pyongyang mengirim pesawat mata-mata nirawak untuk memata-matai fasilitas militer Korsel.
Juru bicara militer Korut mengatakan bahwa AS secara membabi buta mendukung konspirasi yang dikarang-karang oleh Presiden Korsel, Park Geun-hey, yang oleh jubir itu disebut sebagai "pelacur politik".
"Jika Washington hanya mengindahkan tiupan terompet anteknya, maka pantas dia dituding sebagai kaker renta yang berusaha menghentikan tangis seorang anak kecil," kata juru bicara Korut tersebut.
Kementerian Pertahanan Korsel lewat juru bicaranya, Kim Min-seok, mengatakan bahwa pernyataan Korut itu "sangat disesalkan".
"Korut memang bukan sebuah negara sejati. Tidak hak asasi manusia dan kemerdekaan di sana. Korut ada untuk menopang sejumlah kecil orang saja," kata Kim.
Korsel dan Korut secara teknis masih dalam status perang, karena konlik bersenjata antara keduanya pada 1950-53 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Tetapi serangan verbal itu bukan yang pertama. Pada April kemarin Korut menyebut Presiden AS, Barack Obama, sebagai "monyet hitam" dan sebelumnya pernah mencap persiden Korsel sebagai perempuan penghibur.
Sebelumnya pada Maret lalu Korsel menemukan tiga unit pesawat nirawak yang jatuh di dekat perbatasan dengan Korut. Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa pesawat-pesawat mini itu adalah milik Korut. (Reuters)