Kapal Laut Australia Masih Terus Mencari MH370

Doddy Rosadi Suara.Com
Sabtu, 10 Mei 2014 | 14:53 WIB
Kapal Laut Australia Masih Terus Mencari MH370
Persiapan peluncuran Bluefin-21 untuk mencari MH370. (Reuters/U.S. Navy)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kapal laut Australia yang membawa kapal selam tanpa awal alias drone kembali dilibatkan dalam pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang sejak 8 Maret lalu. The Ocean Shield hari ini menuju lokasi di mana sinyal ping terdengar paling lama, bulan lalu. Pada 5 April, sinyal ping terdengar selama dua jam di 1.600 km dekat Perth, Australia.

The Ocean Shield akan menurunkan Bluefin 21 untuk mencari pesawat MH370 yang kemungkinan berada di dasar laut. Lebih dari 12 negara terlibat dalam pencarian MH370 yang membawa 239 penumpang. Pesawat itu hilang dari radar, 40 menit setelah lepas landas dari bandara internasional Kuala Lumpur, Malaysia. Sebagian besar penumpang di pesawat itu adalah warga Cina yang akan kembali ke Beijing.

Setelah dua bulan lebih menghilang, tim pencari masih belum bisa menemukan serpihan pesawat tersebut. Lokasi pencarian sudah dipersempit di area selatan Samudera Hindia. Baterei kotak hitam MH370 juga sudah mati sehingga membuat pencarian semakin sulit.

Kapten US Navy Mark Matthews mengatakan, proses pencarian kali ini difokuskan di area tempat sinyal ping paling lama terdengar.

“Apa yang akan anda lakukan adalah mencari di tempat dengan indikasi terbaik, anda mengejarnya sampai lelah. Pencarian ini tidak bisa berjalan cepat. Pencarian ini juga tidak bisa rampung dalam hitungan jam atau hari. Ini bisa memakan waktu berminggu- minggu bahkan berbulan-bulan,” kata Mark.

Beberapa waktu lalu, Australia, Cina dan Malaysia meminya sejumlah negara tidak menyerah dalam mencari pesawat MH370. Meski demikian, proses pencarian melalui udara dan laut sudah tidak dilakukan. Pencarian kali ini difokuskan di bawah laut dengan menggunakan kapal selam tanpa awak yaitu Bluefin 21 milik angkatan laut Amerika Serikat. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI