Suara.com - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Praha akan mengirim nota protes ke pemerintah Republik Cek setelah peristiwa penggerebekan di gedung Islamic Foundation di Praha yang melibatkan 10 warga negara Indonesia.
"Kami berencana mengirim nota protes hari ini, dan sekaligus ingin meminta penjelasan dari pemerintah Republik Cek soal penggerebekan kemarin (27/4)," kata Pelaksana Sosial dan Budaya KBRI Wahono Yulianto, Senin (28/4/2014).
Wahono pada waktu penggerebekan terjadi berada di dalam masjid. Sebelumnya diberitakan polisi Praha melakukan penggerebekan di Islamic Foundation di kota Praha. Penggerebekan itu diduga dilakukan terkait buku Foundations of Tauhid - The Islamic Concept of God yang isinya diduga berisi pemikiran radikal.
Penggerebekan terjadi sesaat sebelum shalat Jumat di mana terdapat beberapa orang dengan kewarganegaraan berbeda di dalam gedung, termasuk 10 warga negara Indonesia (9 diplomat dan 1 pelajar).
Wahono menuturkan penggerebekan terjadi pada saat sedang adzan sholat Jumat.
"Kami mendengar ada yang berteriak melihat polisi masuk. Polisi datang berpakaian lengkap dengan masker seperti pasukan densus 88. Salah satu polisi itu menodongkan pistolnya ke kepala saya," katanya.
Menurut Wahono pada saat penggerebekan Polisi Praha memerintahkan semua yang ada di gedung untuk menundukkan kepala dan mengangkat tangan.
"Selama 40 menit kita tidak boleh melakukan apapun. Setelah itu ditanya siapa yang punya paspor diplomatik, barulah kami menunjukkan dokumen. Setelah 1,5 jam berada di dalam mesjid akhirnya baru 6 orang WNI yang punya paspor diplomat dilepaskan, sedangkan sisanya masih ditahan hingga 3,5 jam kemudian," katanya.
Hingga saat ini belum ada penjelasan resmi dari pemerintah Republik Cek soal insiden penggerebekan itu. (Antara)