Suara.com - Pembuat onar dalam penerbangan Virgin Australia, Matt Christopher (28) mengaku panik sehingga memicu terjadinya insiden pilot pesawat menekan tombol ancaman pembajakan kepada menara pengawas lalu lintas udara (ATC) Bandara Ngurah Rai, Bali.
"Saya hanya ingin mengatakan bahwa ini kesalahpahaman besar. Saya mengalami kepanikan dan hanya ingin menggunakan toilet," kata Matt Christopher usai diperiksa di Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Bali di Denpasar, Minggu (27/4/2014).
Matt diperiksa selama hampir delapan jam sejak pukul 11.00 hingga pukul 20.00 Wita di ruang Pelayanan Pengaduan Masyarakat lantai empat gedung Ditreskrimsus Polda Bali.
Kepada wartawan, dia mengaku akibat kepanikannya itu, dirinya lalu menggedor pintu kokpit.
Namun Matt tidak menyebutkan apa penyebab dirinya mengalami kepanikan selama dalam penerbangan dari Brisbane menuju Denpasar itu.
Juru Bicara Polda Bali Ajun Komisaris Besar Hery Wiyanto menyampaikan, Matt mengaku sempat meminum empat butir pil sakit kepala dan dua butir kapsul obat antipegal yang dicampur dengan dua kaleng minuman bersoda.
Lelaki yang diketahui memiliki istri berinisial S dari Bandung, Jawa Barat itu enggan melayani pertanyaan wartawan yang telah menunggunya.
"Maaf saya tidak bisa jawab. Tetapi seperti yang saya katakan Pemerintah Indonesia sangat membantu," ucapnya.
Matt Christopher menggegerkan dunia penerbangan nasional dan internasional saat ditangkap petugas gabungan sesaat setelah mendarat di Bandara Ngurah Rai karena ulahnya yang membuat onar di dalam pesawat berbendera Australia itu pada Jumat (25/4).
Indonesia sendiri tidak bisa menjerat pidana Matt mengingat insiden tersebut terjadi di dalam pesawat yang terdaftar bukan di Indonesia.
Sesuai dengan Konvensi Tokyo Tahun 1963 tentang penerbangan, negara tempat pendaratan pesawat yang mengalami insiden tersebut hanya bisa melakukan investigasi dan hasil tersebut diserahkan kepada negara tempat pesawat itu terdaftar, dalam hal ini Australia. (Antara)