Suara.com - Suryadharma Ali mementahkan kembali Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang digelar Sabtu kemarin, 19 April 2014, yang menghasilkan keputusan dirinya diberhentikan sementara jabatannya sebagai ketua umum, dan digantikan oleh Wakil Ketua Umum PPP Emron Pangkapi menjadi Pelaksana harian (Plh) Ketua Umum PPP.
Lelaki yang masih menjabat Menteri Agama di Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II ini menyesalkan teman-temannya di partai yang semata-mata melengserkan ketua umum, namun tidak pada koridornya.
"Teman-teman kehilangan akal sehatnya untuk mencapai sesuatu dengan cara menghalalkan segala macam cara," kata Suryadharma Ali setiba di kantor DPP PPP, Jalan Diponegoro No. 60, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (20/4/2014).
"Terus terang saya malu sebagai ketua umum, saya malu," sesalnya.
"Saya malu sebagai partai Islam kok, pecahnya seperti ini?" dia melanjutkan.
Suryadharma Ali pun menyayangkan perpecahan di tubuh PPP justru mendekati pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden yang digelar 9 Juli 2014.
"Kok seperti ini?" tanyanya.
Konflik internal partai berlambang kakbah ini sudah berlangsung saat perhitungan cepat (quick count) pada 9 April 2014 ketika perolehan suara PPP jauh dari target. Suryadharma Ali pernah bilang menargetkan perolehan suara untuk PPP sebesar 12 persen. Namun, kenyataannya hanya mendapat 6,91 persen (versi Lingkaran Survei Indonesia).
Ditambah lagi dengan tindakan Suryadharma Ali menghadiri kampanye akbar Partai Gerindra di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Langkah Suryadharma ini menuai protes dari sebagian pengurus, termasuk Wakil Ketua Umum PPP Emron Pangkapi.
Buntutnya, 26 DPW mendesak SDA dijatuhi sanksi. Namun SDA tak bergeming. Ia justru memecat Emron dan secara terbuka memberikan dukungan kepada Prabowo Subianto menjadi calon presiden, sehingga kisruh di tubuh PPP makin ruwet. Padahal, jika saja dia lebih elegan dalam berkomunikasi dengan Prabowo mungkin situasinya tak serunyam sekarang.