Suara.com - Empat hari setelah kapal feri Sewol tenggelam di perairan Korea Selatan, keluarga penumpang masih murka dan mendesak untuk bertemu dengan Presiden Park Geun-Hye. Pihak keluarga masih belum mengizinkan tim pencari menggunakan crane untuk mengangkat bangkai kapal feri Sewol.
Mereka ingin crane digunakan setelah dipastikan tidak ada lagi penumpang yang selamat. Di lokasi tenggelamnya kapal tersebut, sudah ada lima kapal crane yang siap untuk mengangkat reruntuhan kapal feri tersebut. Sebelumnya, Presiden Park sudah menjamin, crane baru akan digunakan setelah tidak ada lagi harapan untuk mengevakuasi penumpang yang selamat.
Kasus tenggelamnya kapal feri itu telah menelan 60 korban jiwa dan sekitar 240 penumpang masih hilang, sebagian besar adalah pelajar yang hendak berlibur. Tenggelamnya feri Sewol merupakan bencana perairan terburuk di Korea Selatan dalam 21 tahun terakhir.
Belasan orangtua korban melakukan aksi protes, Minggu (20/4/2014). Mereka berjalan selama tujuh jam untuk mencapai lokasi saat ini, setelah kendaraan mereka yang hendak menuju Gedung Presiden dihentikan oleh polisi.
“Kami ingin anak kami, kami ingin membawa mereka kembali ke rumah,” kata salah satu perempuan yang ikut melakukan aksi protes.
Keluarga penumpang ingin bertemu langsung dengan Presiden Park untuk meminta penjelasan kenapa operasi pencarian berjalan dengan lambat.
“Kami sudah menunggu selama empat hari, berharap pemerintah melalukan sesuatu, tetapi tidak terjadi apa-apa. Mereka mengatakan tidak punya otoritas, jadi kami pergi ke pemegang otoritas. Kami akan menghadap Presiden di Blue House,” kata salah satu ayah dari penumpang kapal. (AFP/CNA)