Suara.com - Hampir 20 warga Filipina dan seorang sutradara asal Denmark dipaku di kayu salib untuk mengenang penyaliban Yesus pada upacara Jumat Agung di San Fernando, 80 kilometer dari Manila.
Ritual yang digelar setiap tahun di Filipina itu mengundang ribuan penonton dari seluruh dunia, yang ingin menyaksikan para sukarelawan itu mengorbankan diri dalam upacara keagamaan Katolik itu. Kedua tangan dan kaki para peserta dipaku pada salib menggunakan paku sepanjang 12,5 sentimeter.
"Ini adalah sebuah pengalaman luar biasa antara saya dan Tuhan," kata Lasse Spang Olsen, sutradara dan kordinator pemeran pengganti asal Denmark, yang disalib selama lebih dari 10 menit, sebelum luka-lukanya dirawat.
"Itu luar biasa dan menyenangkan," imbuh lelaki berusia 48 tahun itu.
Meski banyak dikritik karena dinilai sebagai penyimpangan dari ajaran Yesus sendiri, sebagian besar warga Filipina menganggap upacara itu adalah bukti iman.
Menurut ajaran Katolik Yesus wafat di kayu salib pada Jumat Agung dan bangkit dari kematiannya dua hari kemudian, pada Minggu Paskah.
"Saya akan melakukannya selama tubuh saya mengizinkan," kata Danilo Ramos (43), yang sudah pernah disalib 23 kali, "Saya harap Tuhan menyaksikan pengorbanan saya dan menjaga keluarga saya."
Gereja Katolik sendiri mengecam ritual itu yang mulai berkembang di utara Provinsi Pampanga sekitar 60 tahun lalu. Gereja Katolik menyebut upacara itu sebagai kekeliruan dalam menerjemahkan pesan Yesus, yang mengorbankan dirinya untuk menebus dosa manusia.
"Penebusan bukan berarti Anda menyakiti diri sendiri, karena tubuh manusia sendiri kenisah roh," kata Uskup Agung Aniceto Paciano dari Keuskupan San Fernando.
Ritual yang lebih mirip karnaval itu mengundang ribuan wisatawan dari dalam dan luar negeri setiap tahunnya. Salah satu wisatawan asal Inggris, Emily Ebsworth (24), mengatakan dia belum pernah menyaksikan peristiwa seperti itu.
"Saya tidak menyukainya. Terlalu berdarah-darah," kata Ebsworth. (Reuters)