Suara.com - Setidaknya 12 warga Sherpa, suku asli wilayah timur Nepal, tewas, tiga lainnya cedera parah, dan lima masih dinyatakan hilang setelah terjebak dalam longsor di Gunung Everest, Jumat (18/4/2014). Selain 12 korban, beberapa lainnya masih dinyatakan hilang, tetapi jumlahnya belum dipastikan.
Insiden, yang merupakan kecelakaan paling mematikan di Everest dalam delapan tahun terakhir, terjadi ketika satu kelompok pemandu yang terdiri dari sekitar 50 orang diterpa longsoran di ketinggian lebih dari 6 kilometer, demikian dikatakan Tilak Ram Pandey, pejabat dari departemen pariwisata Nepal.
Longsoran salju itu terjadi di sebelah atas sebuah kamp pendakian di Khumbu Ice Fall.
Menurut Pandey tim penyelamat sudah dikirim untuk mencari para korban.
Kelompok etnis Sherpa memang dikenal sebagai para pemandu handal dalam pendakian di puncak gunung tertinggi di dunia itu.
Kelompok yang diterpa longsor itu sendiri dikabarkan sedang mendaki untuk memeriksa tali temali dan mempersiapkan rute untuk dilalui para pendaki dari mancanegara, jelang puncak musim pendakian.
April dan Mei adalah puncak musim pendakian di Everest dan ratusan pendaki biasanya memadati kamp-kamp pendakian untuk menaklukan gunung setinggi 8,848 km itu. Para pendaki biasanya mulai berdatangan pada April untuk menyesuaikan diri dengan cuaca di Everest.
Hingga saat ini sudah 334 pendaki yang mendapat izin untuk menjajal Everest dalam beberapa bulan ke depan. Sementara ada sekitar 400 pemandu dari suku Sherpa yang siap melayani turis dari seluruh dunia itu.
Kecelakaan paling mematikan dalam sejarah pendakian Everest terjadi pada 1996, ketika 15 orang tewas akibat longsor salju. Insiden itu berulang pada 2006, saat 12 pendaki juga tewas akibat kecelakaan. (Reuters/ CNN/ BBC)