Beberapa korban selamat mengatakan bahwa Lee merupakan orang pertama yang diselamatkan namun tidak ada satupun yang melihatnya meninggalkan kapal.
Pihak penjaga pantai dan operator feri menolak berkomentar mengenai hal tersebut.
Meski perairan di lokasi kejadian relatif dangkal, kurang dari 50 meter, namun masih sangat berbahaya bagi sekitar 150 penyelam yang harus bekerja secepat mungkin, kata pakar.
Waktu hampir habis untuk bisa menyelamatkan mereka yang mungkin masih terjebak dalam kapal, kata mereka.
"Peluang untuk menemukan korban di sana bukan tidak ada," kata David Jardine-Smith, sekretaris Federasi Penyelamatan Maritim Internasional, seraya menambahkan bahwa kondisinya sangat sulit.
"Ada banyak arus dan lumpur dalam air yang berarti jarak pandang sangat terbatas," katanya.
Pemerintah mengatakan tidak akan menyerah untuk menemukan korban selamat.
"Kami menjalankan pencarian bawah air lima kali dari tengah malam hingga awal pagi, namun arus yang kuat serta air berlumpur banyak menjadi hambatan besar," kata menteri keamanan publik Kang Byung-kyu di Seoul.
Belum ada penjelasan resmi mengenai penyebab tenggelamnya kapal, meski pemerintah telah melakukan penyelidikan resmi. Kapal yang dibuat di Jepang 20 tahun lalu itu, menyusuri rute perjalanan yang aman.
Meski pada kawasan yang lebih luas terdapat bebatuan dan perairan dangkal, namun bebatuan itu tidak berdekatan dengan laluan yang normal.