Saat itu Y sangat pede bisa meraih suara. Nyatanya, ketika pemilu usai dan suara dihitung, dari total DPT yang ada 900 suara, Y hanya meraih di bawah 10 suara. Mungkin Y akhirnya menyadari apa arti pemberi harapan palsu (PHP). Dia kemudian menarik lagi buku tabungan yang sempat dibagi-bagikan itu.
Tekanan saat gagal menjadi caleg memang besar, apalagi jika mengingat besarnya uang yang harus dikeluarkan dan bingung untuk membayarnya. Banyak yang terkena stres berat seperti dialami caleg dari Tangerang ini.
Lelaki dari Dapil Tangerang berusia 40 tahun itu langsung marah-marah saat tahu bahwa dia kalah dalam pemilu. Bahkan sore harinya usai pencoblosan, dia langsung stres dan merangkak di pinggir jalan sambil membawa cangkir meminta uang kepada setiap orang yang lewat. Kalimat yang diucapkannya: "Kembalikan uang saya."
Caleg non anggota legislatif memang rentan mengalami depresi pasca-Pemilu 2014. Sebab hampir seluruh biaya kampanye sesuai dengan ketentuan pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Pemilu Nomor 8 tahun 2012, dibebankan pada caleg yang maju.
Menurut anggota Komisi IX DPR Poempida Hidayatulloh, fenomena caleg stres karena gagal menjadi anggota dewan akan ditanggung oleh negara sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009.
Menjadi anggota dewan ternyata menjadi impian banyak orang dan mereka rela berkorban apapun untuk mewujudkan mimpi itu. Sayangnya, mereka siap menang tetapi tidak siap kalah. Tak heran bila streslah yang didapat. (Antara)