Suara.com - Bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi), menilai bahwa ada dua faktor yang membuat PDIP tidak mencapai target yang diharapkan, yaitu 20 persen dalam Pemilihan Legislatif (Pileg). Faktor yang pertama adalah peran calon legislatif (caleg) PDIP sendiri yang menurutnya kurang maksimal.
"Calegnya sendiri. Artinya, caleg harus bisa menjual. Menjual produknya. Itu macam-macam produknya. Misalnya dirinya sendiri, programnya, mungkin capresnya (saya), bisa saja. Itu marketing politik yang harus dilakukan di darat," tutur Jokowi di Jakarta, Kamis (10/4/2014).
Dikatakan Jokowi lagi, para caleg itu seharusnya bisa bertarung maksimal, lantaran bisa menggunakan ruang-ruang kecil yang dikuasai. "Mereka kan punya ruang-ruang kecil yang sudah dikuasai mereka. Nah, ruang-ruang itu mungkin TPS, RT, RW. Jadi itu. Sebenarnya pertarungannya antar-mereka (caleg)," ujarnya.
Walau demikian, Jokowi juga buru-buru menyanggah, saat ditanya apakah itu berarti para caleg-lah yang gagal menyukseskan target PDIP dalam Pileg ini. "Lho (gagal dari mana), menang juara satu. Gimana sih?" tukasnya.
"Ini gimana sih? Kan udah juara satu. Masih ribut aja. Oleh sebab itu, itu pertarungan kecil di bawah caleg-caleg," tambahnya.
Selain caleg, Jokowi menerangkan bahwa faktor kedua yang dianggap kurang maksimal dalam Pileg ini yaitu ada sesuatu yang kurang dari marketing politik PDIP. Marketing politik yang dimaksud Jokowi adalah iklan kampanye politik.
"Iklan ini kita hanya berapa hari? Tiga hari. Yang lain itu sudah 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun. Marketing politik kita kalah dengan yang lain, karena tiga hari. Bukan karena duitnya, lho ya," tandasnya.