Suara.com - Kepala Humas PT KAI, Sugeng Priyono, menyatakan alih fungsi lahan menjadi salah satu penyebab tanah di bantalan rel longsor sehingga terjadi kecelakaan Kereta Api Malabar jurusan Bandung-Malang.
"Salah satunya penyebabnya adalah karena adanya alih fungsi lahan, tetapi itu salah satu gambaran saja ada alih fungsi lahan," kata Sugeng di lokasi kecelakaan KA Malabar, Kampung Terung, Desa Mekarsari, Kecamatan Kadipaten.
Menurut dia, kondisi tanah di jalur rel lokasi kecelakaan tersebut merupakan daerah labil dengan daerah pegunungan sehingga rawan bencana tanah longsor.
"Daerah sini, kan tanahnya labil sehingga mudah longsor, coba lihat sana (menunjuk ke arah perkebunan berbukit)," kata Sugeng.
Ia menjelaskan berdasarkan ketentuan minimal enam meter dari jalur rel KA tidak boleh ditanam oleh tanaman yang membuat tanah jadi gembur.
Seharusnya, lanjut dia, sepanjang jalur rel ditanami tanaman keras untuk memperkuat kondisi tanah rel sehingga tidak mudah terjadi longsor.
"Sekitar rel tanahnya kuat, tetapi bisa longsor kalau di tanah lainnya beralih fungsi lahan menyebabkan tanah di bawahnya (rel) tidak kuat," kata Sugeng.
Diwartakan sebelumnya, KA naas itu melaju dari arah Bandung menuju Tasikmalaya, kemudian lokomotifnya masuk jurang dan dua gerbong keluar dari rel setelah menabrak rel yang amblas tergerus longsor, Jumat (4/4) sekitar pukul 18.00 WIB.
Peristiwa itu mengakibatkan tiga orang tewas dan 10 penumpang luka, dua orang di antaranya warga negara Perancis.
Proses evakuasi lokomotif dan gerbong serta perbaikan jalur rel yang terputus sepanjang 25 meter akan selesai diperbaiki Minggu (6/4/2014). (Antara)