Suara.com - Kampanye. Kegiatan mendekatkan diri dengan rakyat itu, kini makin gencar dilakukan para lakon politik. Tujuannya satu: agar rakyat terpikat, dan memilih si lakon untuk sampai ke kursi terhormat.
Hanya saja, banyak cara tak terhormat dilakukan para lakon politik, seperti fitnah dan kampanye negatif.
Hal itu dikatakan pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk dalam diskusi bertema "Siapa Dalang dan Wayang Capres 2014" di Warung Daun Jalan Cikini Raya 26 Jakarta Pusat, Sabtu (29/3/2014).
Padahal, lanjut Hamdi, kampanye harus dilakukan secara elegan. Bukan dengan menyerang kebijakan, ataupun karakter dari lawan politiknya.
"Berkampanye dengan menjatuhkan karakter atau fitnah, menunjukkan kita masih berada di dalam politik primitif," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Hamdi juga menyoroti soal penyumbang dana kampanye dalam Pemilu 2014. Menurutnya, masih banyak nama 'hamba Allah' yang ditemukan sebagai penyumbang dana kampanye.
"Kita harus transparan dan terbuka. Hasil audit masih banyak ditemukan nama 'hamba Allah'," ungkapnya.