Keluarga Penumpang MH370 Bentrok dengan Polisi di Kedutaan Malaysia Beijing

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 25 Maret 2014 | 22:21 WIB
Keluarga Penumpang MH370 Bentrok dengan Polisi di Kedutaan Malaysia Beijing
Keluarga penumpang MH370 yang melakukan unjuk rasa di Beijiing. (Reuters/Kim Kyung-Hoon)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Puluhan anggota keluarga dari penumpang pesawat nahas Malaysia Airlines MH370 bentrok dengan polisi di luar Kedutaan Besar Malaysia di Beijing, Cina, Selasa (25/3/2014). Mereka menuding pemerintah Malaysia bertanggung jawab atas kecelakaan yang menewaskan 239 orang tersebut.

Sekitar 20 sampai 30 orang melempar botol berisi air ke kedubes Malaysia dan berusaha untuk menerobos gedung itu. Mereka menuntut untuk bertemu dengan duta besar.

Sebelumnya para demonstran itu berdiri di luar kompleks kedutaan, bergandengan tangan, sambil berteriak "Pemerintah Malaysia membohongi kita" dan Malaysia, kembalikan keluarga kami". Air mata bercucuran di wajah mereka.

Kesedihan dan amarah para keluarga penumpang MH370 itu memuncak pada Senin malam (24/3/2014), setelah Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, mengumummkan bahwa pesawat Malaysia Airlines yang hilang sejak 8 Maret silam, jatuh di sebelah selatan Samudera Hindia.

Razak juga mengumumkan bahwa seluruh 239 penumpang dan awak yang berada dalam pesawat itu, termasuk 154 warga Cina, tewas.

Pemerintah Cina sendiri sudah dengan tegas meminta Pemerintah Malaysia membuka semua data dan analisis terkait pencarian pesawat jenis Boeing 777-200ER itu.

Setelah pengumuman Razak tadi malam, deputi menteri luar negeri Cina, Xie Hangsheng, mengatakan Malaysia harus menyerahkan semua hasil analisis satelit tentang musibah yang menimpa MH370.

Dalam pernyatan berbeda, Perdana Menteri Cina, Li Keqiang mengatakan Beijing akan meminta Malaysia mengungkap semua informasi yang akurat terkait pesawat tersebut. Presiden Cina, Xi Jinping, akan mengirim utusan khusus ke Kuala Lumpur untuk membahas masalah itu. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI