Suara.com - Terungkapnya nasib pesawat Malaysia Airlines MH370, yang akhirnya diketahui jatuh di Samudera Hindia, pada Senin (24/3/2014) rupanya tidak lepas dari teknologi perusahaan satelit komunikasi swasta asal Inggris, Inmarsat.
Peran Inmarsat diakui oleh Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, yang mengumumkan akhir misteri pesawat yang hilang pada 8 Maret silam, dalam penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Beijing, Cina. Sebanyak 239 penumpang dan awak pesawat dinyatakan tewas.
Inmarsat menggunakan teknik-teknik baru dalam menemukan pesawat tersebut. Kepada BBC, Inmarsat mengatakan telah memberikan data-data temuannya kepada Air Accidents Investigation Branch (AAIB) - badan penyelidik kecelakaan transportasi udara Inggris - pada Minggu (23/3/2014). Data-data itu diminta untuk diperiksa kembali sebelum diumumkan ke publik.
Inmarsat mengatakan misteri MH370 terungkap setelah dilakukan analiss data, yang berfokus pada sejumlah faktor, termasuk pergerakan dari pesawat-pesawat lain di sekitar pesawat Boeing 777-200ER itu.
"Seperti yang diungkapkan oleh perdana menteri Malaysia, kami bekerja sama dengan perusahaan Inggris, Inmarsat, menggunakan data satelit, untuk menentukan wilayah yang dijadikan fokus pencarian," kata seorang juru bicara AAIB.
"Kami tidak bisa berkomentar lebih jauh terkait penyelidikan, yang dipimpin oleh otoritas Malaysia ini," tutup dia.
Sementara itu pakar kelautan Inggris dari University of Southampton, Simon Boxall, mengatakan bahwa Inmarsat melakukan pelacakan data dalam pencariannya, bukan pelacakan lokasi.
"Algoritma dan teknik yang mereka terapkan dalam menentukan lokasi, tempat transmisi terakhir dipancarkan cukup fenomenal," kata Boxall.
"Mereka meneliti semua sinyal yang mereka miliki, semua rekaman, dan memprosesnya berkali-kali untuk menentukan dari mana sinyal pesawat itu dipancarkan," jelas Boxall lebih lanjut.
Dia menambahkan bahwa Inmarsat pasti telah melakukan perhitungan berkali-kali dan tidak akan merilis hasil analisisnya sebelum yakin 100 persen. (BBC)