Suara.com - Bank Dunia menyatakan kerugian global akibat bencana alam meningkat empat kali lipat hingga mencapai 200 miliar dolar AS atau senilai Rp2.000 triliun per tahun.
"Kerugian ekonomi akibat bencana alam meningkat dari 50 miliar dolar AS setiap tahun pada tahun 1980-an hingga sekitar 200 miliar dolar AS setiap tahun pada dekade terakhir," kata Wakil Presiden Bank Dunia Rachel Kyte dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Kamis (20/3/2014).
Menurut Rachel Kyte, sekitar tiga perempat dari perkiraan jumlah kerugian itu merupakan hasil dari dampak cuaca ekstrim.
Kata dia, saat ini dibutuhkan data yang akurat untuk proyek membangun ketahanan bencana mengingat semakin tidak menentunya cuaca dan meningkatnya jumlah bencana alam.
Ia mengungkapkan, Bank Dunia telah meluncurkan Inisiatif Data Terbuka untuk Ketahanan (OpenDRI) yang menghasilkan panduan manual bagi pemerintah dan organisasi guna menetapkan standar landasan untuk penciptaan data terbuka dan komunikasi mengenai informasi perubahan iklim.
Hal tersebut, kata dia, juga bakal memastikan pembagian data dan kolaborasi antara beragam pihak seperti lembaga pemerintahan, sektor swasta, akademisi dan masyarakat sipil.
Sedangkan terkait dengan upaya mengurangi risiko perubahan iklim, OpenDRI akan mendorong lebih banyak lagi kolaborasi data dengan beragam upaya kemanusiaan. Bank Dunia juga telah berkomitmen untuk membagi panduan OpenDRI dengan target mencapai 24 negara mitra pada tahun 2016 mendatang. (Antara)