Suara.com - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau menimbulkan kabut asap tebal mengganggu aktivitas warga. Tak hanya itu, asap yang timbul dari karhutla menyebabkan puluhan ribu warga Riau terserang penyakit akibat kabut asap.
Hingga kini, baru sedikit warga yang mengungsi ke provinsi tetangga. Mereka yang mengungsi kebanyakan adalah ibu hamil, balita, anak-anak dan para lanjut usia. Spesialis Paru dan Konsultan di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Dokter Azizman Saad mengatakan, kelompok masyarakat itulah yang paling rentan terkena dampak asap.
Menurut Dokter Azizman, dampak menghirup asap baru dirasakan sekitar 10 tahun kemudian. Dirinya memprediksi, dalam 10 tahun mendatang, terjadi ledakan penyakit paru-paru di Riau akibat asap.
"Imbas jangka panjangnya, daya ingat pada anak akan menurun. Bila terus menerus dialami balita, kelak terjadi penurunan inteligensi dan berakibat fatal menjadi idiot. Itu risiko terburuk buat balita imbas dari kabut asap kebakaran hutan," kata Azizman.
Sementara penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) karena menghirup kabut asap pekat terus menunjukkan tren peningkatan. Hingga Sabtu (15/3/2014), tercatat 11.260 orang dari total 12.138 orang penderita ISPA di Pekanbaru.
Sementara itu berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Provinsi Riau, sudah 55.422 jiwa penderita ISPA di berbagai daerah kabupaten/kota di Provinsi Riau pada Jumat (13/3/2014). (Antara)