Suara.com - Dampak pembakaran lahan dan hutan di Riau makin meluas. Hampir keseluruhan wilayah di Riau dan Sumatera Barat tertutup kabut oleh kabut asap.
‘Arah angin yang dominan dari timur laut ke barat daya membawa asap menyebabkan asap meluas. Asap kebakaran lahan dan hutan di Malaysia sebagian juga menyebar ke Selat Malaka dan wilayah Riau,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (13/3/2014) seperti dilansir dari laman setkab.go.id.
Menurut Sutopo, terpantau titik api dari satelit NOAA18 ada 46 titik dan dari satelit Modis ada 137 titik di Riau pada Kamis (13/3). Titik api ini lebih rendah dibandingkan dengan data sehari sebelumnya ada 168 titik dari NOAA18 dan 2.046 titik dari Modis.
Dampaknya, kata Sutopo, jarak pandang hanya 300 meter di Pekanbaru pada pukul 08-12 WIB. Kondisi kualitas udara sudah pada level berbahaya di sebagian besar daerah di Riau, dan sebanyak 49.591 jiwa menderita penyakit akibat asap seperti ISPA, pneumonia, asma, iritasi mata dan kulit.
Menindaklanjuti perintah Presiden agar penegakan hukum lebih digiatkan, menurut Sutopo, kini telah ditambah kekuatan personil satgas penagekan hukum yaitu 582 personil dari Polri dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). “Satgas ini akan memburu para perambah hutan dan pembakar lahan dan hutan,” jelasnya.
Sutopo juga menginformasikan, guna mengatasi bencana asap di Riau maka pa Jumat pagi (14/3) besok, pemerintah akan mengerahkan pesawat Hercules C-130 untuk modifikasi cuaca dengan homebase Lanud Halim PK, Jakarta.
Selain itu juga akan dioperasikan enam unit ground based generator sistem sprayer di bandara SSK II Pekanbaru untuk mengurangi kepekatan asap sehingga jarak pandang di bandara diharapkan dapat lebih baik dan penerbangan dapat dilakukan.