Suara.com - Jalur pendakian ke puncak Gunung Slamet melalui Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, ditutup sejak Senin (10/3/2014) malam. Penutupan tersebut dilakukan karena peningkatan aktivitas gunung.
Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparpora Purbalingga, Prayitno mengatakan penutupan jalur pendakian tersebut dilakukan atas saran petugas Pos Pengamatan Gunung Slamet di Gambuhan, Kabupaten Pemalang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho juga mengatakan, Kepala PVMBG telah melaporkan meningkatnya status Gunung Slamet kepada Kepala BNPB.
Dari catatan aktivitas Gunung Slamet, letusan besar terakhir gunung api ini terjadi pada 1988. Kejadiannya pada 12-13 Juli. Ketika itu terjadi semburan abu vulkanik dan lava dari kawah gunung.
Kepala Badan Geologi Surono menyatakan, saat masih menjabat Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), apabila terjadi letusan besar Gunung Slamet, bahaya utama yang dapat ditimbulkan adalah luncuran awan panas, lontaran piroklastik seperti bom vulkanik, pasir dan abu, serta aliran lava.
"Sebaran jatuhan piroklastik tergantung ketinggian lontaran dan kencangnya angin yang berhembus pada saat terjadi letusan, terutama abu dan pasir," katanya.
Berdasarkan sejarahnya, letusan Gunung Slamet, tercatat tidak pernah menyebabkan korban jiwa manusia. Gunung ini pertama kali meletus pada 11 hingga 12 Agustus 1772. Saat itu meletus dan menyemburkan abu vulkanik serta lava pijar. Kemudian gunung ini "istirahat". (Antara)