Suara.com - Sudah lebih dari 48 jam pesawat Boeing 777-200ER milik Malaysia Airlines lenyap tak berbekas di atas Laut Cina Selatan, dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing, Cina. Belum banyak informasi tentang keberadaan pesawat itu, kecuali beberapa spekulasi yang berdasar pada sangat sedikit bukti.
Sebagian besar dugaan mengatakan bahwa pesawat bikinan Amerika Serikat itu telah mengalami kecelakaan. Tidak sedikit pakar bahkan otoritas pemerintah mengimbau para keluarga penumpang untuk bersiap-bersiap dan menguatkan hati untuk menerima kabar terburuk.
Meski demikian belum ada satu pun bukti bahwa pesawat itu telah mengalami kecelakaan. Tidak ada panggilan radio. Tidak ada serpihan puing yang sudah ditemukan. Satu-satunya petunjuk adalah jejak pesawat yang terakhir kali tertangkap radar-radar militer maupun sipil di sejumlah negara.
Meski demikian, sejumlah pakar di seluruh dunia, mencoba mengemukakan skenario untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dengan pesawat berisi 239 penumpang itu. Berikut adalah delapan kemungkinan yang disarikan oleh Guardian:
1. Kerusakan struktur pesawat
Sebagian besar pesawat di dunia terbuat dari alumunium yang memang rentan berkarat, terutama di area yang punya kelembaban tinggi. Tetapi melihat sejarah panjang pesawat dan catatan keamanannya yang unggul, para pakar penerbangan meyakini sangat kecil kemungkinan terjadi kerusakan pada tubuh maupun rangka pesawat.
Kerusakan pada body pesawat bisa terjadi jika tekanan udara di kabin bertambah dan berkurang secara konstan. Itu biasanya terjadi saat pesawat tinggal landas atau mendarat.
Salah satu contohnya saat Boeing 737 milik Southweast Airlines terpaksa mendarat darurat pada April 2011 karena ditemukan keretakan pada tubuh pesawat. Pesawat berisi 118 penumpang itu berhasil mendarat dengan selamat. Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu.
Tetapi keretakan semacam itu kecil kemungkinan terjadi dalam kasus Malaysia Airlines. Boeing 777 itu dioperasikan Malaysia Airlines untuk penerbangan jarak jauh dan hanya sedikit melakukan pendaratan maupun tinggal landas. Artinya rangka pesawat jarang mengalami tekanan.
"Tidak seperti Southwest Airlines yang terbang 10 kali sehari," jelas Scott Hamilton dari Leeham Co, perusahaan penyedia layanan konsultasi penerbangan di AS
2. Cuaca buruk
Pesawat dirancang untuk terbang melewati badai yang terburuk sekalipun. Meski demikian, tidak selamanya pesawat bisa selamat dari bencana.