3 Fakta Aneh di Balik Misteri Hilangnya Pesawat Malaysia Airlines

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 10 Maret 2014 | 02:36 WIB
3 Fakta Aneh di Balik Misteri Hilangnya Pesawat Malaysia Airlines
Pesawat Boeing 777-200ER milik Asiana Airlines yang jatuh di AS, Juli 2013. (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hilangnya pesawat milik maskapai Malaysia Airlines di atas Laut Cina Selatan pada Sabtu (7/3/2014), menarik perhatian dunia bukan hanya karena 239 penumpang di dalamnya, tetapi karena keselamatan penerbangan telah banyak berubah dalam beberapa dekade terakhir.

Jika hilangnya pesawat bernomor penerbangan MH370 itu terjadi satu atau dua dekade silam, mungkin media-media internasional tidak begitu meributkan insiden ini. Pada masa itu, kecelakaan pesawat terbang boleh dikatakan sering terjadi.

Menurut Asosiasi transportasi udara internasional (IATA), tahun 2012 adalah tahun paling aman dalam sejarah penerbangan dunia. Ketika itu angka kecelakaan pesawat yang melibatkan jet buatan Barat sangat rendah.

Menurut hitungan IATA , pada 2012, hanya ada satu kecelakaan di tiap 5 juta penerbangan, turun hampir 50 persen dari 2011, saat rata-rata satu kecelakaan terjadi di setiap 2,7 juta penerbangan.

Ironi meningkatnya keselamatan penerbangan, bukan satu-satunya fakta yang membuat hilangnya MH370 menjadi menarik. Berikut adalah beberapa fakta yang membuat insiden itu menarik:

1. Mengapa bukan saat tinggal landas atau mendarat?
Menurut para pakar penerbangan, bagian paling berbahaya dalam perjalanan udara adalah tinggal landas dan mendarat. Sangat jarang sebuah pesawat mengalami kecelakaan ketika sedang melayang 11.000 km di atas permukaan laut.

Misalnya pada kecelakaan terakhir yang melibatkan Boeing 777-200ER - jenis yang sama dengan pesawat Malaysia Airline yang hilang - yang menimpa Asiana Airlines di San Francisco, AS, Juli 2013. Pesawat tersebut mengalami kecelakaan saat akan mendarat San Francisco. Dari 307 penumpang dan awak dalam penerbangan itu, tiga dinyatakan tewas sementara sisanya menderita cedera.

Menurut data statistik yang dimiliki Boeing, hanya sembilan persen kecelakaan terjadi saat pesawat sedang berada di ketinggian.

2. Sangat cepat
Hilangnya pesawat Malaysia Airlines itu juga aneh jika melihat betapa cepatnya peristiwa itu berlangsung, sehingga para pilot bahkan tidak punya waktu untuk melakukan panggilan darurat.

Kapten John M Cox, yang menghabiskan 25 tahun hidupnya terbang bersama US Airways, mengatakan bahwa apa pun yang menimpa pesawat Boeing 777-200ER itu, pasti terjadi dalam waktu sangat cepat - saking cepat sehingga membuat transponder pesawat tidak bisa mengirim lokasi terakhirnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI