Star Ariel akhirnya tak sampai ke tujuannya. Upaya pencarian dan penyelamatan pun sia-sia, sebelum akhirnya dihentikan sama sekali pada 25 Januari, delapan hari sejak pesawat itu terbang. Sebuah investigasi kemudian mencatatkan kesimpulan penyebab kecelakaan "tak diketahui".
Namun begitu, Don Bennett, seorang mantan direktur di BSAA, mengklaim bahwa Star Ariel dan juga Star Tiger sebenarnya disabotase oleh pihak penyabotase era perang. Dia juga menuturkan bahwa Perdana Menteri (PM) Inggris Clement Attlee-lah yang secara pribadi menyuruh penghentian penyelidikan atas kedua kecelakaan tersebut.
3. Tragedi flight 571 di Pegunungan Andes
Sebuah pesawat carteran milik AU Uruguay bernomor penerbangan 571, terbang membawa 45 penumpang dan kru, termasuk di antaranya tim Rugby Union dari Montevideo. Terkena cuara buruk, pesawat mengalami kecelakaan dan menabrak Pegunungan Andes.
Sebanyak 12 orang tewas di tempat saat itu, sementara 6 orang lagi tewas beberapa hari kemudian. Lantas, 8 orang lainnya tewas ketika sebuah longsoran salju menimpa reruntuhan pesawat di mana mereka berlindung. Namun di tengah kondisi yang sangat buruk itu, sisa 16 orang lainnya mampu terus bertahan hidup, khususnya dengan terpaksa menjadi kanibal memanfaatkan mayat penumpang lainnya yang telah mati.
Baru 72 hari kemudian mereka ditemukan, setelah dua di antaranya melakukan perjalanan 10 hari melintasi pegunungan dan berjumpa seorang pedagang Cile yang melintas. Orang itulah yang memberi mereka makanan dan kemudian menghubungi pihak berwenang. Kisah kecelakaan ini pun kemudian diangkat ke dalam film layar lebar pada tahun 1993 berjudul Alive.
2. Penerbangan nomor 990 EgyptAir
Pesawat EgyptAir dengan nomor penerbangan 990, yang bertolak dari Bandara Internasional John F Kennedy di New York, menuju Kairo, Mesir, pada 31 Oktober 1999, mengalami kecelakaan tragis. Pesawat Boeing 767 itu jatuh ke Lautan Atlantik di sebelah selatan Massachusetts, menewaskan keseluruhan 217 penumpang dan krunya, serta menyisakan sejumlah catatan aneh sekaligus misterius.
Gamil el-Batouty, co-pilot di penerbangan tersebut, dituduh melakukan tindakan pelecehan seksual oleh seorang pejabat eksekutif EgyptAir yang juga menjadi penumpang di pesawat itu. Kepala pilot maskapai yang saat itu bertugas, Hatem Rushdy, lantas terdengar mengatakan kepada el-Batouty bahwa ini adalah "penerbangan terakhirmu", yang dijawab sang co-pilot dengan perkataan "ini juga penerbangan terakhirmu".
Belakangan, ketika sang pilot kepala meninggalkan tempatnya untuk ke toilet, rekaman penerbangan mencatat perkataan lirih el-Batouty. "Aku berserah kepada Tuhan," katanya, sebelum kemudian mematikan sistem autopilot dan mengarahkan hidung pesawat menukik ke bawah.
el-Batouty masih terdengar mengulangi lagi perkataannya itu seakan siap bunuh diri, dengan kondisi pesawat terus menukik. Sang kapten sempat kembali ke tempatnya, namun gagal mengembalikan pesawat ke posisi aman dan akhirnya jatuh menghajar permukaan laut.
Dewan Keamanan Transportasi Nasional AS dalam hasil investigasinya menyimpulkan bahwa kecelakaan itu terjadi akibat tindakan dari el-Batouty. Namun mereka tidak menjelaskan apa sebenarnya motifnya.