Suara.com - Tulisan ini merupakan kelanjutan dari cerita Rodiah (36) ketika menjadi saksi kejadian pada 30 Oktober 1984 malam. Gudang penyimpanan amunisi milik Komando Korps Operasi (KKO) Cilandak, Jakarta Selatan, meledak, dan mortir-mortirnya meluncur kemana-mana. Kampung Rodiah rusak parah karena dihantam mortir. (Mortir Berdesing di Atas Rumah)
Setelah lari cukup jauh, Rodiah dan orangtuanya bergabung dengan keluarga lain yang juga mengungsi. Warga mencermati informasi yang disiarkan radio secara terus menerus tentang gudang amunisi TNI AL yang meledak.
Berita dari radio ternyata semakin membuat mereka panik dan bingung harus menyelamatkan diri kemana lagi.
"Ada peringatan, untuk yang rumahnya dekat dengan gudang peluru enggak usah lari karena pelurunya terbang jauh," kata Rodiah, warga Jalan Sawo 7, RT 1/1, Pangkalan Jati I, Cinere, Depok, Jawa Barat.
Setelah diskusi, warga memutuskan untuk kembali lagi ke Pangkalan Jati, kampung mereka.
Perasaan mereka masih diliputi ketakutan bila pulang ke rumah. Akhirnya, diputuskan untuk mengungsi di garasi rumah warga lain yang dianggap aman.
"Kami numpang di garasi rumah orang. Makannya cuma mie instant dari pemilik rumah. Kami enggak pergi jauh-jauh saat ngungsi ini, takut," kata Rodiah.
Hampir dua minggu mereka tinggal garasi. Baru setelah ada informasi resmi yang mengatakan situasi sudah aman terkendali, warga berani pulang ke rumah masing-masing.
Dalam perjalanan kembali ke rumah, Rodiah menyaksikan pemandangan yang sangat berbeda.
Sebagian rumah warga hancur. Kebun warga banyak yang berlubang karena ditumbuk mortir.
Rumah Rodiah sendiri rusak. Genting, tembok, kaca, dan lantai hancur.
Serpihan-serpihan mortir masih berserakan di sejumlah tempat. Bahkan, ayahanda Rodiah sampai menyimpan salah salah satu bagian mortir yang sudah meledak untuk dijadikan kenang-kenangan.
"Bapak saya bawa beberapa pecahan peluru dan jadiin golok, tapi lama-lama karatan, sekarang juga sudah enggak tahu ada di mana," tuturnya.
Sekarang, tahun 2014, bekas-bekas lubang ledakan mortir sudah tidak terlihat lagi di kampung Rodiah.
Ketika ditanya tentang ledakan di gudang penyimpanan amunisi TNI AL di Pondok Duyung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Rabu (5/3/2014), Rodiah mengaku juga sudah mengetahuinya dari siaran televisi.
Tapi menurut dia, efeknya jauh berbeda dengan yang pernah dialaminya tahun 1984.
"Sereman yang tahun 1984 lah mas," katanya.