Gudang Amunisi Marinir Meledak 1984: Mortir Berdesing di Atas Rumah (1)

admin Suara.Com
Jum'at, 07 Maret 2014 | 14:10 WIB
Gudang Amunisi Marinir Meledak 1984: Mortir Berdesing di Atas Rumah (1)
Bangunan rusak akibat ledakan di Markas Kopasaka, Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta [Antara/Wahyu Putro]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - 30 Oktober 1984 setelah waktu Maghrib. Suara menggelegar terdengar bertubi-tubi. Tanah terasa berguncang. Dinding retak dan plafon rumah berjatuhan. Kepanikan terjadi di pemukiman warga.

Itu suasana ketika gudang penyimpanan amunisi milik Komando Korps Operasi (KKO) Cilandak, Jakarta Selatan, meledak, sebagaimana digambarkan oleh saksi mata bernama Rodiah (36), warga Jalan Sawo 7, RT 1/1, Pangkalan Jati I, Cinere, Depok, Jawa Barat.

Kendati waktu itu Rodiah masih duduk di bangku kelas 3 SD Pangkalan Jati I, ia masih ingat kejadian setelah terdengar dentuman keras. Asap hitam membumbung tinggi dari arah utara.

"Apinya merah banget," kata Rodiah kepada Suara.com di kediamannya, Kamis (6/3/2014).

Pada saat bersamaan terdengar lagi suara berdesing disertai ledakan keras berkali-kali.

"Ngeri mas. Ziiinggg. Zingggg. Duuaaar. Zziiinngg. Zinnggg. Duaaar," begitu kata Rodiah sambil mengayunkan tangan.

Malam saat kejadian, Rodiah mencoba mendongak, terlihat dengan jelas mortir melesat ke mana-mana.

"Saya cuma bisa nangislah, saya masih kecil waktu itu," kata Rodiah.

Ada mortir yang meledak di udara. Ada juga yang menghajar dinding rumah warga, tanah kosong, dan pohon.

Rodiah dan orang-orang di sekelilingnya ketika itu tiarap sambil berharap mortir tak jatuh di dekat-dekat mereka.

"Kalau ada bunyi zinggg, warga pada tiarap semua. Kita enggak tahu itu peluru jatuhnya di mana, cuma bisa tiarap saja," kata Rodiah.

Baru setelah waktu Isya, Rodiah diajak orang tuanya pergi dari rumah untuk menyelamatkan diri. Mereka rombongan terakhir dari kampung yang mengungsi.

Kampung Rodiah tergolong masih sepi pada masa itu. Masih banyak lahan kosong, kebun, dan sawah. Seingatnya, hanya ada tiga rumah besar dan beberapa bangunan untuk dikontrakkan.

Ketika lari menyelamatkan diri, Rodiah digendong ibunya. Ia menangis terus.

"Pokoknya jalan sejauh-jauhnya. Saya nangis. Terus digendong emak saya," kata Rodiah. "Kami jalan kaki. Jalan kaki aja kemana pun. Jauh banget sampai Grogol. Soalnya, eggak tahu harus kemana."

Tidak ada informasi apapun kepada warga tentang apa yang terjadi pada malam itu.

Rodiah dan keluarga tak tahu apa-apa, yang ada dipikiran hanya lari sejauh-jauhnya agar tidak terhantam mortir.

Sampai di salah satu ruas jalan, mereka bertemu warga lain yang juga sama-sama ingin mengungsi. Warga memberitahu mortir-mortir tadi berasal dari gudang penyimpanan amunisi di Cilandak KKO yang meledak.

"Kita dikasih tahu orang lain. Orang lain dengar di radio. Soalnya TV kan enggak ada, cuma satu, TVRI," kata Rodiah.

Baca cerita selanjutnya:

Pecahan Mortir Dijadikan Golok

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI