Suara.com - Keinginan warga Jakarta untuk bisa menikmati angkutan umum yang nyaman seperti bak punggung merindukan bulan. Pelayanan angkutan umum masih jauh dari memuaskan. Angkutan bus TransJakarta salah satu contohnya. Moda transoportasi ini kerap menaikkan penumpang melebihi kapasitasnya dan pendingin udara sering tidak berfungsi.
Matinya pendingin udara di bus TransJakarta dialami Suara.com ketika naik dari halte Velodrom, Jakarta Timur. Udara di bus rute Pulo Gadung – Dukuh Atas itu tidak terlalu panas ketika Suara.com menaiki bus itu sekitar pukul 09.40 WIB. Mungkin karena jumlah penumpang yang tidak terlalu banyak.
Namun, setelah berhenti dari satu halte ke halte lainnya, penumpang mulai padat dan udara mulai terasa pengap. Kondisi jalanan di bawah jembatan Manggarai yang masih rusak membuat rute dialihkan melalui jalan Diponegoro.
Saat memasuki jalan Proklamasi, petugas TransJakarta sempat meminta maaf kepada penumpang karena AC yang tidak dingin. Permintaan maaf tersebut hanya ditanggapi para penumpang dengan “ngedumel”.
Udara yang semakin panas membuat sebagian penumpang mengeluarkan sapu tangan untuk mengelap keringat yang mengucur dari dahi. Sebagian lagi ada yang mengibaskan Koran yang dipegangnya menjadi kipas, hanya untuk sekadar mendapatkan angin.
Setelag bus melewati bioskop Metropolitan XXI, salah satu penumpang yang duduk di bagian tengah memukulkan salah satu tangannya ke jendela dan berteriak,”Buka pintunya, kami semua kepanasan, kami ini manusia, gimana sih.”
Teriakan penumpang itu langsung disambut oleh penumpang di bagian belakang.
“Buka Mbak pintunya biar angin bisa masuk, kami sudah “mateng” nih,” ujar penumpang yang duduk di bagian belakang.
Setelah diprotes, barulah supir membuka pintu bagian depan dan belakang. Udara yang menghembus dari luar sempat menenangkan penumpang.
“Dari tadi kek, pas udah kepanasan baru dibuka pintunya,” ujar salah satu penumpang yang berdiri di belakang Suara.com.