Riang, begitu kesan yang terlihat dari sepuluh bocah yang datang ke Satuan Remaja Anak dan Wanita (Renakta) Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (26/2/2014). Mereka seakan sudah melupakan kisah pilu yang mereka alami di Panti Asuhan The Samuel's House.
Sepuluh anak yang datang ke Polda Metro Jaya ini dihadirkan untuk memberikan keterangan guna melengkapi pemberkasan kasus yang menimpa mereka. Mereka menjadi korban penganiayaan dan penelantaran oleh pemilik panti sejak tahun 2002. Datang ke Polda menggunakan minibus hitam B 707 LBH, mereka ditemani Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Mawar Saroon.
Bocah-bocah ini berlarian menuju ruangan pemeriksaan dengan raut wajah yang gembira. Sesekali tawa mereka pecah saat berjalan menuju ruangan pemeriksaan sambil memamerkan kaos bergambar tokoh permainan Mario Bros, yang sama-sama mereka pakai. Meski nampak riang, luka yang mengering di wajah para bocah itu tidak bisa menutup kisah pilu mereka.
Ditemui usai dimintai keterangan, P (5) tahun, menjawab pertanyaan wartawan sambil berteriak, ketika ditanya apa saja yang dia terima dari perlakuan selama di Panti.
"Dipukul ayah," teriak P dari dalam mobil.
Tak ada raut dendam dari wajah bocah yang memiliki luka di pipi ini. Ayah yang disebut-sebut P, merujuk kepada Samuel, sang pemilik Panti.
Beda lagi dengan N (14), dengan agak sedikit tenang dia menjawab pertanyaan wartawan saat disinggung perlakuan apa saja yang ia dapat selama di panti.
"Dipukul, pakai gesper, pakai selang," tuturnya.
Hari ini, dua dari sepuluh bocah itu dimintai keterangan. Kedua bocah berinisial P (5) dan N (14) itu ditanya penyelidik soal perlakuan yang diterima di Panti tersebut. Total, sudah ada sembilan bocah yang diperiksa polisi terkait kasus ini.
Sepuluh orang yang datang hari ini ke Polda Metro Jaya merupakan bagian dari 30 orang bocah yang menetap di Panti The Samuel's House. Panti ini diketahui dimiliki oleh Chemy Watulinggas alias Samuel beserta istrinya Yuni Winata dan berada di kawasan Serpong, Tangerang.