Suara.com - Bocah-bocah yang menempati panti asuhan The Samuel Home tidak diketahui berasal dari mana. Kuasa hukum mereka, Jecky Tengens, mengatakan bahwa bahkan ada anak yang tidak tahu kapan dia lahir, selain juga tidak ada catatan akte kelahirannya.
"Tetangga-tetangganya itu sudah tahu di situ ada penyiksaan. Tapi mereka (warga) tidak tahu anak-anak ini dari mana, kok tetap banyak. Mereka (anak-anak) ini juga tidak tahu dari mana mereka. Apa ada (human) trafficking di sana atau tidak," ujar Jecky, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (26/2/2014).
Jecky menambahkan, ada lebih dari 30 anak yang menjadi korban penyiksaan di panti asuhan tersebut. Kebanyakan mereka dianaiaya dan tidak dirawat dengan baik, serta ditelantarkan begitu saja, seperti diberikan makanan basi, diberi minum air keran, dikurung dalam kandang anjing, diseret, dipukul, bahkan ada yang digigit.
Di panti asuhan ini, semua bocah dilaporkan dirawat hanya oleh seorang pembantu bernama Sumini. Sedangkan sang pemilik panti asuhan, Samuel, hanya datang ke panti saat ada donatur yang ingin memberikan bantuan.
Untuk pengembangan kasusnya, hari ini, sekitar 10 bocah dari panti asuhan itu akan diperiksa di Satuan Remaja, Anak dan Wanita (Renakta) Polda Metro Jaya, sekitar pukul 11.00 WIB.
Kasus ini mencuat setelah beberapa di antara anak-anak itu berhasil kabur dan mengadu ke warga. Kemudian, salah satu dari mereka, bersama LBH Mawar Saron, melaporkan kasus ini ke Mabes Polri pada 10 Februari. Namun oleh Mabes Polri, kasus ini dilimpahkan ke Satuan Renakta Polda Metro Jaya pada 19 Februari.
Untuk sementara, sejumlah bocah yang menjadi korban ini ditempatkan di save house, untuk menghindari ancaman dari luar. Save house ini sendiri dirahasiakan lokasinya, untuk kepentingan keselamatan dan kenyamanan para bocah.