"Entrepreunership" Belum Mengakar dalam DNA Orang Indonesia

admin Suara.Com
Rabu, 26 Februari 2014 | 01:48 WIB
"Entrepreunership" Belum Mengakar dalam DNA Orang Indonesia
Dino Patti Djalal dan warga (?Foto Twitter @dinopattidjalal)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peserta konvensi Calon Presiden (Capres) Partai Demokrat Dino Patti Djalal mengatakan bahwa entrepreunership belum mengakar kuat dalam deoxyribonucleic acid (DNA) orang Indonesia. Itu sebabnya, dibutuhkan injeksi nilai-nilai baru untuk membangun mentalitas bangsa di bidang entrepreunership.

Pernyataan Dino tersebut disampaikan dalam seminar "Studentpreneurs: The Importance of Entrepreneurship for Social Changes in Indonesia" di Auditorium Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Selasa (25/2/2014).

Nilai nilai baru yang perlu diinjeksi dalam mental bangsa Indonesia, menurut Dino, adalah berpikiran terbuka (open minded), berani mengambil risiko (risk taking), relationship/networking, percaya diri, inovasi, dan melihat dunia sebagai pasar dan sumber kekuatan.

Nilai pertama, berpikiran terbuka (open minded), kata Dino, adalah bahwa harus terbuka pada ide-ide baru. "Kita tidak boleh bersikap xenophobia," katanya.

Pada nilai kedua, katanya, seorang entrepreunership harus berani mengambil risiko. Dino mengambil contoh kemajuan China di dunia adalah karena warganya berani mengambil risiko dalam usaha. Itu sebabnya, UMKM-nya tumbuh pesat sebagai motor pertumbuhan ekonomi negeri Tirai Bambu.

Nilai ketiga adalah relationship. Menurut Dino,  bicara tentang entrepreunership adalah bicara tentang relationship. "Dalam hidup saya setiap prestasi selalu terkait relationship. Membina dan menjaga hubungan baik sebuah keharusan bagi seorang entrepreunership," tutur mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat.

Nilai keempat adalah percaya diri. Disebutkan Dino, percaya diri mutlak untuk menjadi seorang entrepreunership. "Jangan minder. Minder itu sudah setengah kalah. Entrepreunership harus gigih dan banyak akal," katanya.

Dino bercerita tentang kisah sukses orang Indonesia di Amerika Serikat yang bernama Sehat Sutarja. Sehat Sutarja pada usia 12 tahun mendapatkan ijazah pendidikan kelistrikan di bilangan Pasar Baru, Jakarta.

"Sehat pergi ke Amerika Serikat dan mendapatkan gelar doktor di sana, lalu dengan 6 temannya membuka perusahaan bernama Marvel dengan modal 500 ribu Dolar Amerika Serikat. Mereka membuat produk microchips dan ditawarkan door to door. Sampai pada akhirnya Marvel mendapat kontrak dengan pemerintah AS. Sekarang Marvel menguasai 2/3 pasar microchips dunia," katanya..

Nilai kelima adalah melihat dunia sebagai pasar. Menurut Dino, seorang entrepreunership harus melihat dunia sebagai lautan peluang. "Dunia sebagai kesempatan, sumber modal dan  pusat inovasi. China maju karena melihat dunia sebagai pasar," kata Dino.

Nilai keenam dan yang terakhir adalah inovasi. Inovasi disebut Dino belum menjadi mainstream jiwa kebangsaan. "Tantangan presiden 2014 adalah menjadikan Indonesia sebagai negara yang paling mudah untuk membuka usaha," katanya.

Saat ini berdasarkan data World Bank, Indonesia berada di peringkat 120 dari 183 negara dari segi kemudahan membuka usaha.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI