Suara.com - Setelah harus menjalani kunjungan ke tiga rumah sakit (RS) serta sebuah anak sumpit (semacam senjata paku runcing berekor) dikeluarkan dari tenggorokannya, remaja satu ini mungkin akhirnya bisa menarik pelajaran penting. Yaitu bahwa menyimak YouTube serta kemudian begitu saja mengikuti "tantangan" yang dilontarkan di video itu, tidak selalu merupakan sebuah ide bagus.
Pekan lalu, sebagaimana diberitakan Gawker, remaja berusia 15 tahun asal Charleston, South Carolina, Amerika Serikat (AS), ini menyimak sebuah video eksperimen di YouTube. Shawn Stillinger, nama sang remaja, lantas mencoba eksperimen itu, yang antara lain membutuhkan percobaan meniup sumpit ke sebuah pohon. Sayangnya, percobaan itu tak berjalan lancar, malah berujung tragedi.
"Saya memasukkannya (anak sumpit itu) ke dalam lubang sedotan (pengganti sumpit) untuk meniupkannya ke pohon. Tapi kemudian benda itu terasa jatuh ke belakang dan masuk ke dalam mulutku," tutur Stillinger kepada Live 5 News. "Dan ia kemudian masuk ke tenggorokanku," tambahnya.
Para sanak keluarga dan kenalan sang remaja tampaknya kemudian sempat berpikir macam-macam. "Salah seorang ibu-ibu mengatakan padaku bahwa mereka harus memotong untuk membuka tenggorokanku," ujar sang remaja dengan perasaan ngeri.
Setelah tim medis di dua RS pun ternyata gagal berusaha mengeluarkan benda tajam tersebut dari tenggorokannya, Stillinger sendiri sempat khawatir anak sumpit itu akan berada di dalam sana selamanya. Namun akhirnya, seorang dokter di RS ketiga yang didatangi, sukses melakukan operasi.
"Kami bisa mengakses tenggorokannya dan melakukan operasi secara endoskopi, hanya melalui rongga mulut," ungkap Dr David Gudis, dokter yang melakukan operasi.
"Orang bisa tewas gara-gara ini. Seseorang bisa meninggal karena ada benda masuk ke tenggorokan seperti ini," tambah sang dokter memberi peringatan keras.
Tara Chavis, ibunda Stillinger, merasa bersyukur dan berterima kasih, meski masih sedikit marah, ketika akhirnya bisa melihat putranya dalam keadaan selamat keluar dari ruang operasi.
"Saya peluk dia begitu sampai di tempat tidurnya," kata perempuan itu.
"Tapi, saya mungkin sebelumnya butuh waktu 5 menit bersama dia (untuk memarahinya). Mungkin saja Dr Gudis tidak perlu melakukan operasi jika aku sempat bersama putraku sebentar, karena aku bisa saja sudah mengguncangnya begitu keras hingga benda itu keluar sendiri," tuturnya lagi. (Gawker)