Suara.com - Media sosial menjadi salah satu alat untuk membangun citra seseorang, apalagi menjelang pemilu. Seberapa besar peran media sosial sosial membantu seorang caleg mewujudkan mimpinya menggapai kursi dewan?
"Saya menempatkan twitter bukan sebagai yang utama. Kalau di tentara, twitter ini Marinir. Pasukan Marinir tanpa pasukan Infrantri ya percuma," ujar Anggota DPR RI F-PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko usai talkshow bertema "Berperang Citra di Social Media" di Jakarta Pusat, Sabtu (22/2/2014).
Budiman mengibaratkan media sosial seperti twitter hanya berperan sebagai pembuka jalan untuk koalisi. Sehingga peran media sosial twitter hanya sebagai pendukung dari kerja nyata yang telah dilakukannya.
"Jadi kalau ada aktivis hanya ngetwit, maka dia sudah kehilangan ke-aktivisannya. Jangan lupa, ini hanya alat. Grassroots tidak bisa hanya social media atau ngetwit," katanya.
Sementara itu, Direktur Politicawave Yose Rizal mengatakan media sosial mulai mencuri perhatian saat pemilihan presiden Amerika Serikat yang dimenangkan Barack Obama.
"Social media, khususnya twitter, membuat Obama terkenal. Bukan hanya di Amerika, tapi juga dunia. Jadi mengubah dari yang sekadar sarana untuk alay, menjadi sesuatu yang produktif," jelasnya.
Yose Rizal mengungatkan media sosial hanya alat untuk mencapai sebuah tujuan. Agar tujuan yang diinginkan tercapai, selain menggunakan media sosial, penggunanya juga harus melakukan interaksi di dunia nyata.
"Agar social media baik, buat interaksi, jangan hanya bernarasi karena social media itu komunikasi dua arah," kata Yose Rizal.